Keesokan harinya usai melaksanakan shalat subuh Hilal bersiap-siap berangkat menuju Lhokseumawe. Karena hari libur jalanan terlihat lengang. Hilal mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi. Hanya butuh 2 jam bagi Hilal tiba disana. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Aisyah.Setibanya dirumah Aisyah, Hilal melihat pemandangan yang tak enak dilihat mata. Ia melihat Aisyah mengobrol bersama Hamdani diteras rumah.
Hilal mengurungkan niatnya menemui Aisyah. Dari kejauhan Hilal memerhatikan mereka berdua.
"Iya tgk, insyaallah. Kalau sempat pasti kami akan datang. Sampaikan salam saya untuknya. Oya terima kasih banyak oleh-olehnya. Tgk sudah cape-cape kesini," ujar Aisyah ramah.
Hamdani menayakan keberadaan Hilal pada Aisyah, ia pura-pura tidak tahu. Sama halnya seperti pada Saudah, Aisyah mengatakan alasan yang sama.
"Iya gak apa-apa. Kalau begitu saya pamit dulu assalamu'alaikum," Hamdani pamit pulang.
Hilal nampak kesal. Ia mengikuti sepeda motor Hamdani. Hamdani mengendarai sepeda motornya dengan santai, ia melihat dispion sebuah motor vixion mengikutinya dari belakang. Hamdani tersenyum ketika mengetahui pemilik sepeda motor itu. Ia melajukan sepeda motornya seperti biasa.
Tiba-tiba Hilal menyelip sepeda motor Hamdani. Spontan Hamdani menghentikan motornya. Hilal turun menghampiri Hamdani tanpa membuka helm.
Saat tiba didepan Hamdani, Hilal membuka kaca helm. Hamdani masih duduk diatas motor.
"AKU PERINGATKAN YA SAMA KAMU. AISYAH ITU ISTRIKU. JANGAN PERNAH AKU LIHAT KAMU MENDEKATINYA," bentak Hilal seraya menunjuk ke arah Hamdani dengan wajah emosi.
Hamdani tersenyum.
"Kenapa? Kamu marah? Kamu cemburu melihat aku bersama Aisyah? Bukannya kamu bilang kamu gak butuh dia lagi!"
Emosi Hilal bertambah naik mendengar perkataan Hamdani.
"Itu artinya terserah aku mau mendekatinya atau tidak. Apa jangan-jangan kamu takut Aisyah akan berpaling padaku dan meninggalkanmu? Iya Hilal?" Lanjut Hamdani.
"Jaga bicaramu, Ham. Aisyah gak akan pernah meninggalkan aku,"
"Kita lihat saja nanti. Kamu tahu, Aisyah hanya bersamaku tadi dirumahnya. Ibu dan Abangnya gak ada dirumah. Mereka ke Banda Aceh," Hamdani tersenyum picik. Seperti ada maksud lain dari caranya melihat Hilal, padahal itu tak berarti apa-apa. Hamdani sengaja membuat Hilal bertambah kesal.
"Aku sudah pernah bilang sama kamu Hilal. KAMU AKAN MENYESAL," bisik Hamdani. Lalu ia pergi meninggalkan Hilal.
Hilal membuka helm meletakkannya diatas sepeda motor. Ia duduk di trotoar.
"Astagrfirullah, ya Allah. Ini semua memang salahku," Hilal menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangan. Ia beristigrfar menenangkan diri.
Hilal mampir ke EQ Cafetaria untuk mengisi perut. Meskipun sebenarnya ia tidak lapar tapi ia belum siap bertemu dengan Aisyah setelah melihat istrinya bersama laki-laki lain. Apalagi saat mengingat kata-kata Hamdani tadi.
Hilal tersadar. Sakit rasanya melihat orang yang ia cintai bersama orang lain. Tapi kenapa baru sekarang ia menyadarinya? Terlepas dari apa yang telah ia lakukan pada Aisyah selama ini. Hilal sendiri tidak yakin jika Aisyah bisa memaafkannya dan menerimanya kembali.
Hilal melihat jam menunjukkan pukul 20.00 wib. Sedari tadi sore cuaca terlihat mendung. Ketika mulai menyantap makanan hujan turun dengan sangat deras. Hilal melihat keluar berharap tak akan ada petir yang menyambar karena ia teringat Aisyah yang sedang sendiri dirumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)
RomanceRank #1 Hilal 23Nov2019 #1 Shalehah 31Jan2020 #1 Aceh 13Apr2020 #9 Cobaan Jan2020 #3 Cintaislami 16Apr2020 Sitina Aisyah Humaira, gadis yang biasa dipanggil Aisyah ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren salafi setelah lulus dari S...