Pukul 01.30 dinihari Hilal tiba di pesantren. Hilal bergegas ke bilek untuk beristirahat. Namun ketika memasuki bilek ia melihat Hamdani berbincang-bincang dengan yang lain. Saat melihat Hilal datang Hamdani beranjak keluar bilek.
"Ham, tunggu dulu Ham. Dengarkan aku!" Hilal mengikuti Hamdani.
"Ada apa dengan Hilal dan Hamdani?" Anwar dan Zulkifli heran melihat tingkah keduanya.
Hamdani menuruni tangga dengan langkah cepat, Hilal pun menyusul dibelakang. Hamdani tak menghiraukan suara Hilal yang terus memanggil namanya.
"Ham, kamu mau kemana?"
Hamdani menyeberangi jalan. Kakinya terus melangkah menuju gedung serbaguna yang ada didepannya saat ini. Gedung itu memiliki 4 lantai. Hamdani masih berjalan menaiki tangga satu persatu dan Hilal pun masih mengikuti dirinya.
Saat tiba di lantai 4 Hamdani memperlambat langkah. Terlihat Hilal kesusahan mengatur nafas karena mengejar dirinya. Hilal membungkukkan badan meletakkan kedua tangannya di lutut. Padahal Hilal baru saja menempuh perjalanan yang cukup jauh, ia merasa kelelahan namun saat melihat Hamdani tadi dibilek ia tidak peduli dengan rasa lelahnya. Ia tidak mau membuang-buang kesempatan untuk berbicara dengan Hamdani.
"Ham, ka-kamu ha-harus mendengarkan penjelasanku dulu!"
Suasana terlihat sepi yang terdengar hanyalah beberapa kendaraan bermotor yang lewat di jalan.
Hamdani menghentikan langkah, ia terlihat begitu marah mendengar ucapan Hilal. Tangannya mengepal.
Hilal menatap Hamdani dengan posisi membelakangi dirinya, ia juga melihat kepalan tangan Hamdani yang begitu erat. Hilal kembali berdiri tegak.
Hamdani berbalik menatap Hilal. Hilal benar-benar tidak pernah melihat Hamdani semarah ini pada dirinya. Hamdani menatapnya tajam. Dengan nafas yang masih memburu Hilal berusaha menjelaskan kepada Hamdani.
"Ham, aku tahu. Aku salah. Kamu marah padaku? Aku mengerti. Kalau kamu ingin memukul ku ayo lakukan lah!"
Hilal mendekati Hamdani, ia berdiri tepat didepan Hamdani. Bahkan ia merelakan wajahnya untuk dipukul oleh Hamdani. Hamdani tak bergeming.
"Kenapa kamu diam? Ayo Ham, pukul aku!" Hilal memegang tangan Hamdani mengarahkan ke wajahnya namun dengan segera Hamdani menepis tangan Hilal dengan kasar.
Hamdani berjalan meninggalkan Hilal tanpa sepatah kata.
"Ham, kenapa kamu gak pukul aku? Setidaknya itu bisa mengurangi rasa sakit yang ada dihatimu, bukan kah begitu?"
Hamdani berhenti berbalik menatap Hilal.
"Untuk apa aku memukul orang sepertimu! Itu hanya akan mengotori tanganku saja. Aku gak pernah nyangka ternyata setega ini kamu sama aku Hilal. Sekarang aku bisa tahu bagaimana sifat mu yang sebenarnya. MUNAFIK KAMU, HILAL" Hamdani menunjuk Hilal.
"Ham, kamu hanya salah paham. Dengarkan penjelasanku dulu,"
"Gak ada yang perlu aku dengarkan dari mulut orang sepertimu. Ingat, jangan kamu menemuiku lagi!" Hamdani berbalik berlalu meninggalkan Hilal.
"Huuft, astagrfirullah." Hilal menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan ia berjalan menuju jerjak melihat Hamdani dibawah. Terlihat Hamdani menghidupkan sepeda motornya dan pergi entah kemana.
"Aisyah, kamu belum tidur?" tanya Halimah.
Halimah pulang dari kamar mandi dan tidak sengaja melihat Aisyah yang masih berada di mushalla. Halimah memutuskan untuk menemui Aisyah.
"Sebentar lagi Halimah. Aku mau menyelesaikan bacaan Ar-Rahman ku dulu!"
"Baiklah. Jangan lama-lama! Sekarang hampir jam 3," Halimah menunjuk jam yang terpajang disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Imam Untuk Aisyah(COMPLETED)
RomanceRank #1 Hilal 23Nov2019 #1 Shalehah 31Jan2020 #1 Aceh 13Apr2020 #9 Cobaan Jan2020 #3 Cintaislami 16Apr2020 Sitina Aisyah Humaira, gadis yang biasa dipanggil Aisyah ini memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke pesantren salafi setelah lulus dari S...