"Kita putus aja, ya?"
Eratan tangan Kaye perlahan melepas, seketika badannya sudah tidak kedinginan lagi.
Apa Kaye salah denger?
Ngak, ngak mungkin. Tatapan Sehun mengatakan semuanya.
Lagi pula, suasana disini bener-bener sepi, nyaris tak ada suara selain suara mereka berdua.
Kaye menatap Sehun bingung, "Putus?"
Sehun manggut.
"S-segampang itu?"
Dia mengangguk yakin, Kaye bisa melihat dengan jelas kalau matanya tidak memancarkan keraguan sama sekali. "Kamu udah ngisi hari-hari aku selama tiga tahun ini. Makasih buat semuanya"
Kaye membenarkan rambut yang menghalangi pandangannya, lalu tertawa. "Berarti sekarang kita udahan? S-selesai?"
Sehun mengangguk lagi. "Kamu ga keberatan kan?"
"Gak tuh, cuma lucu aja sih, ternyata selama ini kamu ketemu sama aku, dalam kondisi kamu udah suka sama cewek lain?" ujarnya dengan dada yang naik turun. "Why the fuck don't I realize?"
Sehun terdiam seperti patung, tanpa mengucapkan sepatah kata dia hanya menatap Kaye yang sedang berusaha melepaskan cincin yang terlingkar di jari manisnya.
"Take that" tegasnya lalu meletakan cincin itu di atas meja sambil menatap Sehun lekat.
"Thank you for letting me know how butterflies feels like. Dan juga, makasih udah ngebuat gue merasa di cintai" walaupun ternyata akhir-akhir ini cinta kamu palsu semua, lanjutnya dalam hati.
Kaye tersenyum tipis sebelum mendorong kursinya ke belakang dan bangkit. Dengan langkah cepat Kaye pergi meninggalkan Sehun.
Dadanya sesak, tapi Kaye berusaha setengah mati untuk tidak mengeluarkan air mata.
Dengan gelisah Kaye mendorong pintu starbucks dan melangkahkan kakinya keluar.
Hampir, hampir saja Kaye terbanjur derasnya air hujan kalau saja Lucas tidak melihatnya keluar.
"Hey hey, mau kemana?" Lucas menahan badan Kaye sehingga dia pun berhenti melangkah.
Lucas mengerutkan kening begitu melihat raut wajah Kaye yang terlihat sangat suram, lebih suram dari gelapnya langit sore ini. Seumur hidup, Lucas belum pernah melihat Kaye seperti ini.
Tatapan matanya tertuju lurus ke depan, entah sedang menatapi apa, yang kelas kedua matanya terlihat sangat tajam.
"Kenapa?" tanya Lucas.
Kaye diem.
"Ck, kenapa?" ulangnya. Tapi Kaye masih tidak mau bicara. Alhasil Lucas pun menggeserkan dagu Kaye agar dia bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Lucas tertegun begitu tiba-tiba mata Kaye perlahan berubah mengkilat karena terhalangi air mata. Dia menghela napas panjang, "Ga usah sok kuat gitu" cibirnya.
"Cas, g-gue..."
Tanpa basa basi Lucas langsung membawa Kaye ke dalam dekapannya, di saat yang bersamaan air mata pun perlahan turun membasahi pipi Kaye.
"He doesn't deserve your tears, kak" ujar Lucas. "Berhenti nangis, muka lo jelek tau"
Plak!
Kaye memukul dada Lucas yang basah karena tangisannya. "Ga usah ngejek juga!"
"Emang bener kok, nih ngaca" Lucas menyodorkan kamera hapenya. Kaye manyun, dengan kesal dia langsung mengeringkan wajahnya yang basah dengan jaket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifemates ✔️
Fanfiction"We loved each other, but bad tongue seperated us." -a sequel, read roommates first. Start : 31 March 2019 End : 24 July 2020 ©KayonnaMeida, 2019