Jauh

334 21 0
                                    

14.45

Deta melirik jam di tangannya lalu mendengus kesal. Hari ini dia akan pergi ke Jakarta untuk menemui paman dan bibinya (mungkin juga untuk sejenak melupakan Ali) sudah hampir satu jam tapi taksi online yang dia pesan tidak kunjung tiba.

Drrtt.. Drrtt..

"Assalamualaikum, ta kamu mau pergi kemana? Sama siapa? Ko ga bilang dulu sih ke mba?"

"Waalaikumsalam mba, tenang dulu tenang. Aku mau kerumah Om Ruslan mba sendirian, tadinya aku baru mau bilang kalo udah sampe"

"Emang mau ngapain kesana? Tumben banget kamu pergi jauh sendirian biar mba anter aja ya?"

"Gausah mba, calon pengantin mah diem aja dirumah lagian aku cuma sehari aja ko mau nyari buku disana kalo udah dapet ya langsung pulang"

"Buku apasih ta sampe harus ke Jakarta? Emang di Bandung gaada buku?"

"Ada mba, tapi seri yang aku mau gaada. Udah mba gausah khawatir nanti aku bawain oleh-oleh deh"

"Bisa banget nyogoknya, yaudah kamu hati-hati ya. Kabarin mba klo ada apa-apa"

"Siap grak! Hehe.. Mba udah dulu ya kayanya itu taksinya udah dateng. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

~

"Loh adek ini lagi?" sambut pak supir saat aku baru saja memasuki mobilnya.

"Yang mana ya pak? Hehe" Deta kebingungan, mana bisa seorang supir taksi yang biasa mengantar banyak penumpang mengenalinya.

"Yang waktu itu dititipin ke saya sama kakaknya" *flashback bagian jaga dia

"Bapak masih inget?" tajam sekali ingatannya, pikir Deta.

"Ingetlah dek, orang yang nitipinnya ganteng yang dititipinnya cantik smpet saya kira sepasang suami istri tapi bilangnya 'ade saya' apa kabar dek kakaknya?"

"Bapak bisa aja, eumm kakak sayaa a..aaa..alhamdulillah baik" jawab Deta terbata-bata.

Ya begitulah, hampir setiap orang yang melihat Deta dan Ali berkata mereka seperti sepasang kekasih, malah Pak Supir lebih parah lagi, seperti suami istri katanya.

Deta sampai di stasiun kereta untuk melanjutkan perjalanannya, dia memilih kereta agar lebih tenang dan nyaman selama perjalanan.

Brukk..

"Maaf mba saya ga sengaja" ucap seseorang yang menabrak Deta.

"Iya gapapa" Deta menjawab tanpa melihat siapa orang itu dan lekas mencari tempat duduknya.

"Duh sakit juga nih, aku juga sih yang ngga hati hati" kata Deta pelan sambil memijit-mijit bahunya yang tadi tertabrak orang tak dikenal.

"Aku duduk sendirian nih? Alhamdulillah bisa leluas......."

"Permisi mba"

Seseorang memotong pembicaraan Deta.

"Mba sendiri ya? Boleh saya duduk disini? Soalnya udah gaada lagi yang kosong"

Deta melongo.

"Oh maaf mba kalo gitu saya berdiri aja, maaf ganggu"

Lelaki itu seperti paham wajah tidak suka yang Deta tampilkan.

"Eh gapapa mas duduk aja"

Deta justru membiarkan lelaki itu duduk, dan meletakkan tas besarnya ditengah.

"Makasih mba, eh iya mba yang tadi ga sengaja saya tabrak ya?"

"Oh iya mungkin" jawab Deta singkat.

"Saya Alfan mba, salam kenal" ucapnya sambil menoleh ke Deta lalu tersenyum.

"Iya, saya Deta" Deta memaksakan tersenyum, bukan karena Deta mengabaikan adab mood nya saja sedang jelek.

Setelah ribuan detik berlalu, sampailah Deta di kota tujuannya, Jakarta.

Kereta berhenti dan Deta bergegas untuk keluar.

Tak butuh waktu lama untuk Deta sampai di rumah Pamannya, karena Deta sering kesana? Bukan. Karena teknologi (baca:maps)

Kedatangan Deta di sambut hangat oleh pamannya terlebih karena jarang sekali ia melihat Deta mau mengunjunginya sendirian tanpa keluarga yang lain.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam nak, Alhamdulillah akhirnya sampai juga. Ga susah kan cari rumah om?" sambut Om Ruslan.

"Ngga om"

"Yaudah yuk masuk, tantemu udah siapin banyak makanan"

Om Ruslan adalah saudara sepupu Ibu Deta yang tinggal di Jakarta bersama istrinya, Tante Nur. Mereka merantau ke Jakarta dengan tujuan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Benar saja, saat baru setahun mereka merantau sudah bisa memiliki rumah sendiri yang cukup besar. Sekarang sudah bertahun-tahun mereka bisa membuat perusahaan kecil-kecilan disamping rumahnya. Usaha di bidang kerajinan tangan ini berjalan dengan sangat baik karena Om Ruslan dan Tante Nur memiliki tangan yang terampil dan inovatif.

~

"Jadi berapa lama kamu di Jakarta nak?" tanya Tante Nur setelah mereka selesai makan malam.

"Cuma sehari aja Tante, besok sore Deta langsung pulang lagi"

"Nak perjalanan kesana lumayan melelahkan loh, mumpung disini kamu keliling dulu jalan-jalan nanti Mita yang bakal temenin kamu" bujuk Tante Nur.

"Eh iya Tante, Mita kemana? Aku baru inget hehe"

"Dia itu sibuk banget sekarang, maklum lah mahasiswa baru jadi semua kegiatan pengen ikutan belum bisa ngatur waktu dia, harus banyak belajar dari kamu"

Mita adalah anak dari Om Ruslan dan Tante Nur, hanya berbeda setahun saja dengan Deta.

"Tante bisa aja, Deta juga dulu gitu kok"

"Iya tapi gimana kamu mau kan nginep lebih lama sedikit aja, Tante itu kangen banget sama keluarga di Bandung terutama Ibumu tapi mau gimana lagi usaha Tante gabisa ditinggal karena karyawannya masih sedikit dan Tante belum ada orang kepercayaan. Belum lagi anak gadis satu itu jadwalnya padat banget dan gamau ditinggal padahal udah dewasa"

"Deta pengen banget sih Tante, tapi lusa udah harus kuliah lagi. Banyak tugas yang dikejar deadline"

"Anak sekarang emang pada sibuk ya, semoga lelahmu menjadi berkah ya nak. Sekarang kamu istirahat dulu aja besok kan harus berburu buku, tidurnya di kamar tamu aja ya sebelah kamarnya Mita"

"Iya Tante makasih"

~

Maaf telah membiarkan rindu kalian berlarut hingga mungkin lupa bahwa Deta dan Ali masih disini. Enjoy dengan ceritanya ya!

Kali ini tidak ada janji untuk rutin update, tapi akan diusahakan lebih produktif.

Much Love!

Kujaga Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang