Azzam

2.2K 139 6
                                        

"Apa mba? Mba ada ada aja deh"

"loh tan"

"Mba mu bercanda doang kali ta" ucapan mba Lina terpotong oleh Ibu, dan kulihat Ibu mengedipkan sebelah matanya eumm seperti memberi kode pada mba Lina. Tapi untuk apa?

"Ayo sekarang kita makan malem aja, tadi tante sama Nenek udah masak rendang"

~

Mba Lina dan mas Afi pulang masing masing dari rumahku satu jam yang lalu. Meninggalkan ku dengan beribu pertanyaan melayang layang dikepalaku.

Aku berguling ke kanan dan ke kiri ditempat tidurku, sejak tadi aku tak kunjung terlelap. Padahal ini sudah menunjukkan pukul 00.45 . Entah kenapa aku malah memikirkan ucapan mba Lina tadi. Terlebih lagi aku sangat merindukan kak Ali.

Khitbah khitbah khitbah

Sejak tadi kata itu seolah terngiang ditelingaku, dan tiba tiba kulihat handphone ku yang sudah lama sekali tak ku sentuh. Aku mengambilnya dan mengaktifkannya.

Tringg..

Ada pesan masuk.

Kak Ali :
Assalamu'alaikum jelek

Kak Ali, tak terasa aku langsung bangkit dari posisi tidurku.

Deta :
Wa'alaikumsalam

Kak Ali :
Buset jutek amat, kemana aja baru bales chat kakak?

Deta :
B aja ko, ada

Kak Ali :
Kamu kenapa jutek banget, ngambek ya gara gara kakak tinggalin?

Deta :
Ih kenapa harus ngambek

Kak Ali :
Hahaha.. Iyadeh iya
Kamu kenapa jam segini belum tidur? Kangen kakak yaaaaa?

Deta :
Ih apaan sih pede banget

Kak Ali :
Terus knpa dong belum tidur klo bukan kangen kakak? Hayoo

Deta :
Ini juga mau tidur ko

Kak Ali :
Pasti pipinya merah tuh hahaha

Aaaaaaah menyebalkan, bahkan hanya dengan pesan darinya dia bisa membuat pipiku merah seperti ini. Dan bagaimana bisa dia tahu pipiku merah sekarang. Menyebalkaaaaaaaaan, tapi aku senang setidaknya aku mengetahui jika dia baik baik saja.

Baiklah lebih baik sekarang aku tidur.

~

"Deta.. Deta sayang bangun nak. Deta ini udah jam berapa" samar samar kudengar suara Ibu mulai mendekat ke arah kamarku.

"Iya bu, baru jam 4 paling ya" jawabku ogah ogahan.

"Astagfirullah Deta ini udah jam setengah tujuh pagi, kamu ini kenapa si tumben banget telat bangunnya. Bukannya kamu ada mata kuliah pagi ya hari ini?"

"Astagfirullah bu Deta mandi sekarang" aku mandi dengan tergesa gesa, aku kira belum se siang ini, mana hari ini aku harus datang pagi sekali di mata kuliah pak Andi. Ini pasti gara gara tadi malam aku susah tidur.

Setelah siap aku langsung bergegas menuju kampus tanpa sarapan terlebih dahulu, aku terburu buru pamit kepada Ibu dan Nenek sementara adikku sudah berangkat sejak tadi mungkin ke sekolahnya.

"Assalamu'alaikum" teriakku sambil berlari menuju gerbang rumah.

"Wa'alaikumsalam, hati hati jangan lari" kudengar suara Ibu samar samar dari dalam rumah.

"iya bu" jawabku setengah berteriak.

~

Alhamdulillah gerbang kampusku belum ditutup, itu tandanya aku masih bisa masuk dengan leluasa. Tapi tunggu, mata kuliah pak Andi dimulai 10menit lagi. Aku harus bagaimana ini.

Aku memutuskan untuk berlari secepat mungkin dengan lembaran kertas ditanganku. Ya, itu tugas dari pak Andi minggu lalu.

Author POV

Deta berlari sangat cepat karena menyadari dia sudah sangat terlambat dengan beberapa kertas ditangannya yang tidak lain adalah tugas dari dosen "killer" nya itu.

Pagi ini angin sangat kencang membuat hijab yang dikenakan Deta seolah menari nari mengikuti irama angin ditambah lagi Deta yang berlari semakin cepat.

"Astagfirullah" deta mendengus saat melihat kertasnya terbang terbawa oleh angin.

Dia segera mengejar kertas itu, setelah lama mengejar dia kehilangan arah dari kertas tugasnya. Deta hanya bisa terduduk lemas, bagaimana bisa dia masuk kelas tanpa tugas itu? Tugas yang selama satu minggu ini benar benar menyita waktunya.

"Assalamu'alaikum, ini punya mba?"

Tiba tiba ada yang memberikan selembar kertas kepadanya. Saat Deta melihatnya, benar sekali itu adalah tugasnya.

"Wa'alaikumsalam, jazakallah. Iya ini milik saya" Deta berdiri sambil memegangi kertasnya tanpa melihat siapa yang sudah memberikannya.

"Waiyyakum, eh kamu Deta ya?" tanya ikhwan tersebut.

"Iya saya Deta, anda siapa ya?" Deta malah balik bertanya.

"Kamu lupa ya? Ini aku Azzam. Syahdan Azzami"

"Astagfirullah Azzam, afwan bukannya aku lupa tapi kamu beda banget ya sekarang"

"Iya beda, udah agak berisi dong sekarang biar ga kamu ledekin krempeng lagi" kekehnya yang membuat Deta ikut terkekeh.

Ikhwan yang memberikan kertas tugasnya itu rupanya adalah Syahdan Azzami, mantan kekasih Deta sewaktu dia duduk dibangku SMA, kisah Cinta mereka memang tidak berlangsung lama namun sepertinya Azzam masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu kepada Deta. Terlihat dari tatapan nya yang menyiratkan begitu banyak cinta.

"Eh maaf zam, aku ada kelas. Makasih ya sekali lagi. Assalamu'alaikum" Deta pamit terburu buru karena menyadari Azzam sedang menatapnya.

"Wa'alaikumsalam" jawab Azzam sambil tersenyum "Deta Deta, ternyata kamu ga berubah sama sekali. Tetap cantik dan lemah lembut" gumam Azzam dengan suara yang sangat kecil. "Astagfirullah apa apaan kamu ini zam" Azzam mengacak rambutnya frustasi.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Nah lo ada tokoh baru lagi. Semoga ga bosen nunggu yaa♡

Sengaja ni partnya agak panjang,  bonus buat yang selalu nunggu dengan sabar, buat yang selalu vote dan kasih komentar. Pkonya buat semua penikmat cerita ini😘

Jangan lupa vote dan comment ya♡♡


Kujaga Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang