Rumit

299 19 0
                                        

"Nak, kalau ini soal Ali coba kamu pikirkan lagi. Meskipun kamu ngga pernah cerita sama Ibu, tapi Ibu tau semua yang kamu alami selama ini. Cobalah untuk mengikhlaskan Ali." Meskipun berkata demikian, Ibu pun ragu dengan pernikahan Ali. Tetapi Ibu tidak mau putri sulungnya terus terikat dengan masa lalu dan laki-laki yang tak pasti.

Deta tersenyum.

"Ibu tenang aja ya, In Shaa Allah semuanya udah Deta pikirkan cuma Deta tinggal memastikan lagi aja dengan istikharah"

"Deta berangkat dulu ya bu, Assalamu'alaikum" Deta mencium punggung tangan Ibu dan keluar dari rumah.

Sementara Alfan sedang menatap kosong jalanan sekitar rumah Deta. Dia masih berada disitu, dijalan dekat rumah Deta. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi setelah melamar Deta, apakah gadis itu akan mulai luluh atau bahkan malah semakin menjauhinya.

Awalnya dia hanya ingin bertanya perihal sikap Deta yang semakin berubah dan menjauhinya. Tetapi seperti ada dorongan lain yang membuatnya justru ingin melamar Deta, padahal selama ini dia hanya bersenang-senang saja dengan wanita tidak pernah serius.

Dia merasa Deta tidak pantas untuk dipermainkan, dan wanita seperti Deta lah yang bisa membuat Alfan menjadi lebih baik dan membuat hidupnya lebih berarti.

Tak lama setelah itu, Alfan melihat Deta yang keluar dari gerbang rumahnya dan menaiki angkot. Wanita itu sangat sederhana, membuat Alfan semakin jatuh cinta.

Tanpa berpikir dua kali, Alfan langsung mengikuti angkot itu dari kejauhan agar Deta tak menyadari sedang diikuti.

Angkot itu berhenti tepat di depan sebuah Masjid besar tak terlalu jauh dari rumah Deta. Disana banyak wajah yang Alfan kenal salah satunya Fajri, ketua BEM kampus yang juga mengikuti Organisasi remaja masjid bersama Deta.

Alfan tidak menyukai Fajri. Menurutnya, Fajri itu tipe laki-laki yang sok alim terlebih lagi Alfan tahu bahwa Fajri juga menyukai Deta dan selalu berusaha dekat dengan Deta.

Disisi lain Deta tersenyum sangat lebar melihat semua hal yang dibutuhkan sudah siap dan semua anggota Organisasi sudah lengkap.

"Assalamu'alaikum Deta, ini semuanya udah siap, mau langsung berangkat aja?" Fajri menghampiri Deta.

"Alhamdulillah Faj, yaudah tunggu apalagi langsung berangkat aja" seru Deta semangat.

Fajri mengumpulkan seluruh anggota Organisasi lalu berdoa bersama sebelum berangkat. Tujuan mereka kali ini adalah sebuah Panti Asuhan Kasih Ibu lalu Desa Merdeka yang sangat terpencil dan serba kekurangan.

Alfan tersenyum dari kejauhan melihat Deta yang antusias menaikkan barang-barang ke mobil bak terbuka. Tak luntur sedikitpun senyum dari wajah cantiknya.

Sepulang dari kegiatan bersama Organisasi, Deta langsung terburu-buru pulang untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Tadi saat mengunjungi Desa Merdeka Deta mendapat telepon dari seseorang yang mengundangnya untuk makan malam bersama dan menyematkan kata penting didalamnya.

Segera Deta menyambar gamis terbaiknya serta sepatu kets yang senada. Wajahnya tak ia poles dengan make up hanya sedikit pelembab bibir dan bedak tabur.

"Hati-hati ya, nak" Ibu mengantarkan Deta sampai ke pintu gerbang.

"Iya bu, Deta berangkat ya. Assalamu'alaikum" Deta mencium tangan Ibunya.

"Wa'alaikumsalam"

Malam ini Deta mengendarai mobil merah mungil milik Ibunya, untuk pertama kalinya Deta pergi menggunakan mobil itu hanya sendirian tanpa anggota keluarga yang lain.

Deta tidak tahu apa maksud undangan makan malam yang tiba-tiba ini, namun dia hanya berpikir positif bahwa mungkin mereka hanya ingin menjalin silaturahmi yang baik setelah kurang lebih satu tahun tidak saling memberi kabar.

Diparkirkannya mobil itu dengan hati-hati dihalaman sebuah rumah yang cukup luas untuk menampung tiga mobil sekaligus. Terlihat seorang wanita separuh baya menyambutnya ketika turun dari mobil.

"Assalamu'alaikum, mah" sapa Deta sambil mencium tangan wanita itu.

"Wa'alaikumsalam, nak. Apa kabar? Makin cantik aja"

"Hehehe Alhamdulillah Deta baik, kabar Mamah sendiri gimana?"

"Mamah juga baik sayang, ayo kita masuk"

Deta dibawa menuju ruang makan yang sudah tak asing lagi baginya, sudah setahun lebih sejak pengumuman hari itu di tempat ini.

"Duduk nak" Mamah Kak Ali membuyarkan lamunan Deta.

Iya, seseorang yang menelepon Deta tadi adalah Mamah Kak Ali. Dia mengajak Deta makan malam dan katanya ada suatu hal penting yang harus mereka bicarakan.

"Yang lain kemana mah? Deta kira ada Mba Renata"

"Renata nyusul Ali enam bulan yang lalu"

Batin Deta berpikir mungkin mereka ingin merayakan pernikahan Ali, dan sekarang Mamahnya hanya ingin meminta maaf karena tak mengundang Deta juga keluarganya saat itu.

"Gimana kuliah kamu?" Mamah Kak Ali, atau sebut saja Martha memulai percakapan.

"Alhamdulillah lancar mah"

"Oh iya, tadi kamu kok ada di Desa Merdeka?"

"Deta lagi ada Bakti Sosial disana mah, kegiatan Organisasi"

"Mashaa Allah mulia sekali memang gadis satu ini, Mamah belum pernah denger kamu dekat sama laki-laki"

"Hmm, kan memang kita harus menjaga jarak dari laki-laki mah"

"Hahaha, berarti ini masih Deta yang dulu"

"Maksud Mamah?"

"Mamah cuma pengen tau aja sejauh apa perubahan kamu selama setahun ini, ternyata masih sama sholehahnya seperti dulu. Alhamdulillah"

"Hehe, Aamiin mah. Deta cuma melakukan apa yang seharusnya Deta lakukan"

Tak lama makanan pun datang, dibawakan oleh Bi Irah.

"Non Deta, Apa kabar non?"

"Bibi, Alhamdulillah baik. Bibi sendiri apa kabar? Mashaa Allah lama banget kita ngga ketemu ya?" Deta memeluk Bi Irah.

"Alhamdulillah bibi juga baik non, kangen banget bibi sama non. Dulu sering banget main disini sama den Ali"

Seketika tawa Deta memudar.

"Udah dulu ya bi Detanya mau makan dulu" Mamah Martha tersenyum.

"Aduh iya maaf nyonya, abis saya kangen sama non Deta yang dulu sering banget ngasih tau saya resep makanan baru dan kekinian"

"Hahaha, nanti Deta ajarin lagi ya bi"

"Siap non, yaudah kalo gitu bibi ke dapur lagi ya"

"Bibi ga sekalian makan bareng aja, mah?" tanya Deta ke Mamah Martha.

"Bibi udah makan non tadi"

"Yakin bi?" Mamah Martha memastikan.

"Iya nyonya, saya permisi dulu ya" pamit Bi Irah yang dijawab anggukan oleh Deta dan Martha.

"Kamu lihat kan nak? Seisi rumah ini kangen sama kamu" Mamah Martha menepuk halus pundak Deta yang dijawab oleh senyuman.

Kujaga Cinta Dalam Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang