Alfan melihat ke sekelilingnya, desa ini selalu membuatnya merasa nyaman dan tenang, dulu dia dibesarkan disini, bersama dengan Kakek dan Neneknya karena kedua orang tuanya sangat sibuk dengan urusan masing-masing.
Papanya yang merupakan seorang pemilik restoran terkenal dan Mamanya seorang dosen di Jakarta juga sosialita yang penuh dengan kemewahan membuat mereka memiliki jadwal yang sangat padat.
Bahkan sejak kecil, Alfan hampir tidak pernah duduk bersama keduanya lalu bercerita hal-hal kecil seperti anak-anak lain.
Hidupnya hanya diisi oleh Kakek dan Neneknya, dua orang yang sangat istimewa untuk Alfan. Dia merasa berat saat harus meninggalkan keduanya untuk berkuliah dan menuruti semua kemauan orang tuanya. Namun semua yang Alfan lakukan adalah untuk mereka, Kakek dan Nenek yang sangat dia sayangi.
Alfan selalu mengunjungi mereka setiap akhir pekan untuk melepas rindunya.
"Assalamu'alaikum kek, nek"
"Wa'alaikumsalam, Didit? Masuk nak, tumben kamu udah kesini biasanya sabtu atau minggu" sambut Kakeknya dengan berbagai pertanyaan. Ya, tidak ada Alfan disini, hanya ada Didit panggilan kesayangan Kakek dan Neneknya.
"Iya kek, Didit kangen sama Kakek sama Nenek"
"Wah Alhamdulillah Didit udah pulang, Nenek baru aja bikin kue" ucap Neneknya yang baru keluar dari dapur.
"Makasih nek, Nenek emang paling ngertiin aku, Kakek juga" Alfan tersenyum penuh arti.
"Harus begitu dong nak, jadi ada apa? Biasanya kalo kesini ngga sesuai jadwal ada yang penting nih" tanya Kakeknya.
"Didit lagi cape banget kek, Didit pengen tenangin diri disini, banyak juga yang mau Didit ceritain, tapi Didit Sholat Ashar dulu ya, kek?"
"Oh, iya, iya sarungnya ada dikamar nak" Neneknya ikut bersuara.
Kakek dan Nenek Alfan menyadari bahwa akhir-akhir ini Alfan sangat berubah, mulai dari rajin menunaikan Sholat hingga mau mengaji. Dulu saat Alfan masih kecil dia sangat sulit jika diajak Kakeknya ke Mesjid.
Pernah suatu hari, saat Alfan masih duduk di Sekolah Dasar Kakek mengajaknya untuk Sholat berjamaah di Mesjid. Alfan mau mengikuti Kakeknya menuju Mesjid, namun saat Sholat dia memilih untuk berada di Shaf paling belakang agar memudahkannya untuk kabur saat Kakeknya sedang khusyu dalam Sholat.
Alfan kecil memang sangat nakal, hingga remaja pun Alfan masih saja membuat Kakek dan Neneknya pusing. Meskipun begitu, Alfan selalu menghormati mereka dan Alfan selalu mau menceritakan apapun kepada mereka.
Seperti saat ini, Alfan sudah menyelesaikan Sholatnya dan mulai membaringkan tubuhnya di sofa, kaki sang Nenek dia jadikan sebagai bantal. Kakek dan Neneknya saling tatap melihat Alfan yang hanya diam dan memejamkan mata sejak tadi, padahal mereka tahu Alfan sedang tidak tidur.
Kakeknya berpikir, mungkin Alfan sedang mengalami hal yang sulit.
"Dulu sebelum Kakek nikah sama Nenek, kalian pacaran ngga?" Alfan akhirnya mulai buka suara.
"Jaman Kakek sama Nenek dulu ngga terlalu penting ngurusin pacar-pacaran, apalagi Buyut kamu ngga suka kalo Nenekmu itu pacaran" terang sang Kakek.
"Jadi, langsung nikah?"
"Iya, dulu Nenek dijodohkan sama Buyut kamu ke Kakek" sang Nenek ikut menjawab.
Alfan mulai duduk dan mengerutkan dahinya, "Gimana bisa kalian menikah tanpa cinta?"
"Hahahaha, dit, Kakek jatuh cinta sama Nenek kamu sejak pandangan pertama, saat kedua keluarga mengadakan pertemuan untuk membahas perjodohan ini" ucapan Kakek membuat Nenek tersenyum malu.
Alfan yang menyadari hal itu ikut tersenyum, kelak dia juga ingin seperti Kakek dan Neneknya ini. Yang selalu bahagia dan romantis bahkan diusia mereka yang sudah tidak muda lagi.
"Kalo kamu gimana nak? Apa udah ada wanita hebat yang mendapatkan hati kamu?" tanya sang Kakek kemudian, dia tahu betul bagaimana kisah cinta cucunya selama ini, yang hanya asal berpacaran sebagai status saja.
"Ada kek, Didit juga udah bilang mau serius dan melamar dia, maaf Didit belum bilang sama Kakek dan Nenek. Rencananya kalo dia udah terima baru Didit mau kasih tau Kakek dan Nenek buat melamarkan dia"
"Alhamdulillah, ngga apa-apa, siapa dia nak?" Nenek terlihat sangat antusias.
"Namanya Deta nek, dia wanita yang sangat hebat, dia sholehah dan juga cantik" Alfan pun menjawab tak kalah antusias.
"Kalo begitu ayo, langsung aja lamar dia dit, Kakek dan Nenek akan lamarkan dia buat kamu" Kakek mengajak Alfan seolah akan berangkat saat itu juga.
"Tapi dia udah punya calon suami" raut wajah Alfan seketika berubah muram.
Kakek dan Neneknya saling berpandangan dan mengangguk seolah mengerti apa yang dipikirkan satu sama lain.
"Dit, coba liat Kakek" Kakek membuat Alfan yang menunduk dalam-dalam kembali menatapnya, "Selama janur kuning belum melengkung, masih bisa ditikung. Pernah ngga kamu denger kalimat itu? Masa anak muda ngga tau"
Alfan tersenyum melihat sang Kakek yang berupaya untuk menghiburnya, kemudian Alfan menceritakan tentang bagaimana calon suami gadis pujaannya hingga dia yang tidak akan menyerah serta sudah melakukan berbagai usaha untuk bisa mengalahkan calon suami gadisnya.
Kakek dan Nenek tersenyum bangga, cucunya sudah sangat dewasa.
"Kakek udah tau kamu lagi deketin gadis itu setahun terakhir ini kan?"
Alfan terkejut, bagaimana mungkin Kakek bisa tahu.
"Tanpa perlu kamu cerita, Kakek udah tau, Kakek terkesan sama perjuangan kamu selama ini buat deketin dia, belum pernah sebelumnya Kakek liat kamu begini" Kakek menarik nafas panjang, "Tapi kamu ngga perlu berusaha untuk mengalahkan calon suaminya, cukup jadi diri kamu sendiri dan tunjukan sisi terbaik kamu. Bagus sekarang kamu mau menjalankan bisnis Papamu, Alhamdulillah juga kamu mau menghafal Al-Qur'an, tapi niatkan semua karena ibadah dit, bukan untuk mengalahkan seseorang atau bahkan menarik perhatian seorang gadis" jelas sang Kakek panjang lebar.
Alfan mematung mendengar penuturan Kakeknya, selama ini dia selalu berambisi untuk mendapatkan Deta bukan karena Allah. Mungkin itu yang membuatnya kalah bahkan sebelum berperang.
"Cinta itu semakin dikejar semakin sulit untuk didapatkan, berdoa sama Allah, pasrahkan semuanya sama Allah, setelah ikhtiar yang selama ini kamu lakukan sekarang tinggal kamu pasrahkan semuanya sama Allah" ucap Nenek sambil mengusap punggung Alfan untuk menenangkan.
Apa selama ini dia terlalu mengejar Deta hingga Deta terus berlari? Pikir Alfan.
"Udah, mulai sekarang kamu berikan dia waktu untuk berpikir, jangan terus ada dihidupnya, berikan dia waktu untuk merindukan kamu" Kakek tersenyum.
Alfan memeluk Kakek dan Neneknya bergantian dan mengucapkan terimakasih.
Keputusan yang tepat memang datang ke desa ini, tempat dimana dia bisa pulang dan merasakan arti rumah yang sesungguhnya dengan orang-orang yang sangat menyayanginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/114541383-288-k22823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kujaga Cinta Dalam Do'a
Spiritual[UPDATE SETIAP HARI!] Level tertinggi dari CINTA adalah MENGIKHLASKAN. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ "dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8) Me...