Bi Irah adalah asisten rumah tangga dirumah keluarga besar Ramadhan, Ratu dapur kalau kata Ali. Dia sangat senang setiap kali Deta berkunjung dan membantunya memasak, Deta memang tipe yang mudah bergaul dengan siapapun dan mudah disayangi oleh siapapun.
"Nak, maafin Ali ya" Mamah Martha bersuara setelah makan malamnya selesai.
"Maaf buat apa mah?" Deta berusaha menampilkan senyum dan menutupi kegelisahannya mengingat kembali postingan foto itu.
"Ali saat itu dalam kesulitan"
"..."
"Mungkin Ali ngga bisa berpikir jernih dan ngga mikir dua kali waktu ngelakuinnya"
Apa maksud dari perkataan Mamah Martha? Pikiran Deta menjurus kepada pernikahan Ali, mungkin maksudnya adalah Ali tidak bisa berpikir dua kali dan memutuskan untuk menikah karena situasi yang sulit.
"Sebenernya Ali yang harusnya jelasin semuanya sama kamu"
"Udah mah gapapa, Deta ngerti kok" senyum getir tampak diwajahnya.
"Semua ini salah Ali, nak. Mamah minta maaf banget sama kamu" terlihat penyesalan sangat jelas diwajah Martha.
"Setiap orang pasti pernah berbuat salah kan mah? Kak Ali pun sama"
Malam itu Deta lewati dengan kebingungan, sepanjang jalan hanya ada kesunyian. Dia ingin bertanya kepada Martha apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia takut lebih sakit hati jika mengetahui faktanya. Dia lebih memilih larut dalam pemikirannya sendiri, karena menurutnya semua yang dia simpulkan adalah benar.
Setelah sampai dirumah, Deta membersihkan tubuhnya lalu membaringkannya diatas kasur tercinta miliknya. Membuka ponsel dan melihat-lihat jika ada notifikasi penting, namun nihil. Hanya beberapa pesan dari berbagai grup dan spam dari Alfan juga Fajri yang menanyakan hal tidak penting.
Perlahan Deta menutup matanya setelah berdoa.
Disisi lain Martha pun tengah kebingungan dengan reaksi Deta. Dia memilih tidak menceritakannya langsung karena merasa tidak berhak akan itu, namun dia pikir Deta sudah tahu semuanya melihat reaksinya yang sangat tenang. Padahal Deta hanya menyembunyikan semuanya dibalik ketenangan.
"Assalamu'alaikum, Ali" Martha meraih teleponnya untuk membicarakan perihal makan malam tadi kepada Ali.
"Wa'alaikumsalam mah, Mamah kenapa jam segini belum tidur?"
"Emang kamu gapernah menghubungi Deta sama sekali setelah kejadian itu?" tanpa menjawab pertanyaan Ali, Martha malah balik bertanya.
"Engga mah, Ali harus menyelesaikan semuanya sendiri dulu. Ali ngga mau Deta ikut terbawa ke masalah ini"
"Yang kamu lakukan itu salah nak"
"Ali tau mah, Ali akan memperbaiki semuanya. Ali yakin Deta pasti ngerti"
"Tadi Mamah ngundang dia makan malam disini"
"Apa kabar Deta mah?"
"Kabarnya baik, bahkan sangat baik"
"Ali tau itu, Deta pasti selalu kuat"
"Saat kamu menyakiti seseorang dan orang itu masih terlihat baik-baik aja, itulah saatnya kamu harus sadar bahwa yang kamu lakukan itu keterlaluan Ali. Orang yang marah-marah dan menangis setelah disakiti adalah orang yang sebenarnya masih bisa menerima. Tapi orang yang baik-baik aja setelah disakiti adalah orang yang sudah tidak peduli lagi dan memilih untuk melupakan semuanya"
"..... Ali se-keterlaluan itu ya mah?"
"Sebaiknya kamu selesaikan semuanya secepat mungkin. Mamah mau istirahat, Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam. Maafin Ali mah"
Tutt.. Tutt..
Nampaknya bukan hanya Deta, tetapi Martha juga kecewa akan hal yang Ali lakukan. Memang benar, jika sudah berhenti menangis dan mengeluarkan segala amarah artinya kekecewaan sudah mencapai puncak dan tinggal menunggu waktu untuk melupakan.
Benar, Deta sudah melupakan semua hal yang berkaitan dengan Ali. Sehingga semua yang Martha akan bicarakan tadi sudah tidak mau lagi dia dengar. Ali bersikap seolah Deta itu miliknya dan selalu menjaganya berlebihan, membuat Deta mau tidak mau terbawa suasana. Namun sekarang dia mengerti bahwa semua yang Ali lakukan hanya atas dasar kemanusiaan dan dia memang baik kepada siapapun. Kebaikan ini yang selalu disalah artikan oleh Deta.
Sementara itu, Ali sedang berpikir keras dengan apa yang Mamahnya ucapkan. Dia memang keterlaluan dan tidak sepantasnya dia melakukan hal untuk kepentingan dirinya dan mengorbankan perasaan orang lain.
Keesokan harinya, Martha seperti biasa sedang menyirami bunga-bunga yang sengaja ia tanam di halaman rumahnya.
"Assalamu'alaikum, mah"
"Wa'alaikumsalam, Ali?"
Lelaki bernama Ali itu langsung mencium tangan dan memeluk Mamahnya dengan penuh kerinduan.
"Kenapa kamu ngga bilang kalo mau pulang? Tau begini kan Mamah bisa masakin makanan kesukaan kamu" padahal semalam Mamahnya ini sedang marah kepada Ali tetapi sekarang malah senang bukan main melihat anaknya datang, lihatlah kasih seorang Ibu yang meski marah tetap sangat menyayangi anaknya.
"Ali mau minta maaf secara langsung sama Mamah, semalem ditelepon langsung Mamah tutup. Maafin Ali ya mah, Ali tau semua yang Ali lakukan itu salah"
"Ngga semua salah nak, Mamah tau kamu memperjuangkan perusahaan milik Papa dan pastinya kamu harus berpikir cepat disetiap kondisi sulit disana. Wajar kamu melakukan kesalahan, Mamah juga minta maaf ya nak, Mamah kebawa emosi semalem"
Ali tersenyum menahan haru "Makasih mah, saat Ali jauh dari Mamah ngga ada yang bisa Ali ajak diskusi serius dan sulit buat Ali dapet jalan terbaik selain dengan selalu Tahajud"
"Selalu libatkan Allah dalam setiap urusan kamu, maka Allah akan senantiasa membantu dan menjadikan semuanya lebih mudah. Inget satu hal, Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi batas mampu hamba-Nya"
"Iya mah" buliran air turun dari mata Ali begitu saja.
"Eh udah dong ngga usah nangis, sekarang Mamah ada disini. Mending kita masuk yuk, Mamah mau masakin makanan kesukaan kamu"
"Makasih ya mah, Ali sayang Mamah" Ali kembali memeluk Mamahnya.
Itulah Ali, didepan Deta dia bisa sangat dewasa tetapi didepan Mamahnya dia sudah seperti anak kecil yang balonnya terbang dan hilang.
~
Menurut kalian apa yang selama ini Ali sembunyikan dari Deta?
Apa benar Ali sudah menikah?
Beri komentar tentang pendapat kalian ya♡
![](https://img.wattpad.com/cover/114541383-288-k22823.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kujaga Cinta Dalam Do'a
Espiritual[UPDATE SETIAP HARI!] Level tertinggi dari CINTA adalah MENGIKHLASKAN. وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ "dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 8) Me...