Di tempat saya pas banget lagi hujan. Tempat kalian?
***
"You're late!"
Belum lagi Hafa mencapai pintu belakang, menggigil karena kedinginan setelah jauh sekali menyeret sepedanya yang bermasalah, Oliv, Yorker dari Jakarta yang telah empat bulan ini dipindahtugaskan ke Bandung menghadangnya. Tatapan bercanda dari gadis berjibab itu seketika berubah khawatir setelah menyaksikan keadaan Hafa. Well, Hafa dan sepedanya.
"Eh, Teteh kenapa? Sepedanya kenapa, Teh?! Kok, dituntun?"
Hafa berdecak di sela gertakan giginya. Ia berhenti di depan pintu, memeras ujung-ujung bajunya, lalu bergegas masuk. Udara sedikit lebih hangat di dalam. Dengan kesal, ia melempar payung yang ia pegang dari tadi ke sudut. Benar-benar tidak berguna! Benda itu hanya menyulitkannya saat berjalan menuntun sepeda yang sudah tidak bisa ditunggangi.
Yui yang barusaja melongok ke dapur turut memberikan pertanyaan serupa ketika menemukan Hafa. Sepertinya, keadaannya memang semengerikan itu.
"Enggak. Teteh tadi kan ijin ke sekolah Ayes buat ngambil rapor. Teteh lupa. Kalau nggak dateng, nanti anak itu ngambek."
"Terus, kenapa hujan-hujanan gini? Itu juga kok baju Teteh kotor?"
Hafa mengibas-ngibaskan bajunya. Tidak berhasil. Noda lumpur menempel di bajunya yang berwarna cerah, belum lagi robekan di bagian lutut yang membuatnya geram. "Yu, kamu bawa baju ganti, nggak?"
Dengan sedikit terpincang, Hafa berjalan ke arah Yui, yang segera memegangi lengannya demi memberi sokongan.
"Nggak bawa atuh, Teh. Kan nggak nginep di sini."
"Kayaknya Mbak Tari suka bawa baju, deh," Oliv menyahut. "Mau aku tanyain? Tapi beliau lagi sibuk sih."
Hafa mengernyit. Memakai baju Bu Mentari, apa nanti dia harus membayar dengan sebelah ginjal jika sesuatu terjadi dengan baju itu?
"Hmm Mbak Tari emangnya sibuk apa?" Perasaan semua yang dia lakukan adalah sibuk menonton drama tentang pelakor?
"Biasa. Rapat sama Pak Sam."
"Pak Sam ke sini?!" Melepaskan Hafa yang tengah memerlukan bantuan, Yui menghambur pada Oliv dalam kecepatan cahaya. Mata besarnya menatap Oliv dengan berbinar-binar. "Duh, udah lama nggak liat! Makin ganteng apa makin ganteng banget, ya?!"
"Dia bawa istrinya."
Satu kalimat saja. Singkat, padat, berbobot. Namun sudah lebih dari cukup untuk melunturkan cengiran di wajah Yui. Seketika, Yui menatap Oliv jutek. Memangnya tidak cukup apa, seember air mata yang telah ia habiskan begitu mendengar kabar pernikahan Pak Samudera, adiknya Bu Mentari?
"Teteh mah suka menghancurkan harapan orang aja."
Oliv terkikik. "Habis, halu aja. Tapi cogan di York masih banyak kok. Ada Kak Juan. Mau nomer hapenya, nggak? Aku kasih nih, cuma bayar lima puluh ribu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Rain [RE-POST]
RomanceTentang Levant Elenio Devara, yang melemparkan payung. Si bos berhati es yang membenci semua orang, termasuk hidupnya sendiri. Tentang Rintik Hafa, yang dilempari payung. Gadis yang mempertahankan hidup demi adiknya. Gadis yang mencintai hujan. ...