Kangen Teteh? Happy reading~
Hari ini saya masak Nasi Goreng Dokdok special. Ada banyak, saya nggak bakal habis sendiri. Kamu datang ke tempat kerja saya, ya? Karena hari ini nggak bisa keluar. Saya tunggu.
Daru ingat, kira-kira seperti itulah isi pesan singkat yang ia kirimkan untuk Hafa satu jam yang lalu. Hari ini pekerjaannya cukup padat sehingga ia tidak akan sempat mampir ke restoran tempat Hafa bekerja hanya untuk melihat gadis itu. Fatalnya, ia tidak bisa jika sehari saja tidak melihatnya. Sehingga kemudian ia meminta gadis itu yang datang dengan iming-iming nasi goreng kebanggaan Daru, gadis itu tidak pernah bisa menolaknya. Ditambah dengan bonus hari ini, gadis itu pasti akan menyukainya.
Rintik Hafa, ia tahu persis gadis itu menyukai bunga. Utamanya tulip. Dan ia sudah membeli sebuket besar hari ini dengan warna baby pink yang manis. Khusus untuk gadis itu. Dan jika kali ini gadis itu cukup peka untuk bertanya alasan Daru, ia akan mengatakannya dengan jujur. Sudah saatnya ia mengatakan pada gadis itu, bahwa gadis itulah satu-satunya gadis yang selama ini ia tatap, gadis yang namanya sering sekali muncul di otaknya, gadis yang menjadi pemilik sah atas rumah masa depan yang akan ia bangun nanti.
Ia sudah cukup matang sekarang. Begitupun gadis itu. Ia hanya akan melamarnya nanti. Lalu menikah.
Memikirkan itu membuat Daru tersenyum-senyum sendiri.
***
Hei, Mr. Sun. Kamu hari ini lupa, ngasih makan tunanganmu?
Leona membaca sekali lagi pesan yang sudah dikirimnya beberapa menit lalu dan merasa ingin mengutuk dirinya sendiri. Kenapa ia harus jatuh dalam pesona pria yang keberadaan hatinya diragukan itu? Kenapa ia harus selalu mempermalukan dirinya demi untuk mendapatkan pria itu? Tapi ia tidak mungkin melepasnya, tentu saja. Ia tidak bisa lepas dari pesona pria itu, seberapa banyak pun harga diri yang harus ia tukar. Seperti saat ini. Lagi-lagi ia merasa murahan setelah mengirimi pria itu pesan berisi ajakan makan tersirat dan belum mendapat balasan juga. Kenapa ia harus selalu menjadi yang kedua setelah semua kertas-kertas sialan itu?
Hampir setengah jam gadis itu harus menahan napas saat ponsel yang ia tatap terus-terusna itu akhirnya berbunyi, menampilkan balasan pesan dari Levant.
Maaf, aku tidak merasa bertunangan dengan seekor peliharaan. Kamu pasti bisa ngasih makan dirimu sendiri. Aku lagi sibuk, tapi makasih sudah mengingatkan buat makan
"Balasan macam apa ini?!" omel gadis itu seketika. Ia menyesali diri sudah mengirimi pesan kalau hanya untuk ditolak dan dipermalukan. Gadis itu menyumpah-nyumpah hebat dan baru berhenti saat sesuatu yang jatuh di meja di hadapannya membuat gadis itu terkejut. Sebuah bungkusan yang dibawa oleh seorang pria menyengir yang sekarang duduk di sampingnya. Tidak perlu ditanya, siapa lagi kalau bukan si pendek Aiden?
"Levant nyuekin kamu lagi?" terkanya dengan kurang ajar. "Sudah kuduga."
Wajah inosen pria itu hanya membuat Leona ingin menonjoknya. Namun seperti biasa, Aiden tidak terpengaruh dengan wajah galak yang Leona selalu pasang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Rain [RE-POST]
RomanceTentang Levant Elenio Devara, yang melemparkan payung. Si bos berhati es yang membenci semua orang, termasuk hidupnya sendiri. Tentang Rintik Hafa, yang dilempari payung. Gadis yang mempertahankan hidup demi adiknya. Gadis yang mencintai hujan. ...