Akhirnya. Sementara koas bedah sibuk menjahit bagian tulang dan kulit kepala Levant, Daru akhirnya memiliki waktu untuk bernapas. Operasi kraniotomi telah selesai.Sesuai prosedur, mereka memberikan Levant anestesi total, membuatnya tidak sadar selama operasi berlangsung sebelum mulai memberikan sayatan di kepalanya. Perforator digunakan untuk membuat lubang-lubang kecil di tengkorak, kemudian dengan craniotome, mereka memotong tengkorak kepala dari satu lubang ke lubang lain sehingga membentuk bone flap. Bone flap selanjutnya diangkat bersama membran pembungkus otak. Mereka menyedot dan mengeringkan darah di luar pembuluh darah otak Levant sebelum kemudian memasangkan bone flap kembali ke tempatnya. Dan lebih dari dua jam dihabiskan di ruang operasi, tanpa terasa.
Baru setelah Levant dipindahkan ke ICU dan mereka keluar dari ruangan itu, Daru mulai merasakan efeknya, kelelahan yang menyita banyak energi, juga perut yang minta diisi. Dan ia hampir tidak terkejut ketika Hafa masih duduk di ruang tunggu. Kepalanya terkulai ke depan, tertidur. Rambutnya kusut, jelas ia memakai pakaian rumahnya dan tanpa mengenakan alas kaki apapun. Ia membawa tas tangan kecil yang ia letakkan di atas pangkuannya bersama sebuah pemutar audia tergenggam di tangan. Itu bukan posisi yang menyenangkan untuk tidur. Alasan kenapa Daru duduk di sisinya dan mulai membenahi posisi tidur gadis itu. Ia baru saja akan menyelipkan rambut yang menutupi wajah ke belakang telinga Hafa ketika gadis itu terbangun oleh sentuhan ringannya.
"Pak Dokdok!" Seru Hafa begitu melihatnya. "Gimana keadaan Levant?!"
Pertanyaan pertama yang gadis itu lontarkan, bahkan ketika ia barusaja membuka mata, Daru menyadari. Seharusnya ia tidak heran.
Daru menghela napas lelahnya, namun tidak berhasil mengatakan apa-apa.
"Bagaimana... keadaannya?" tanya gadis itu lagi, lebih mendesak, ia menggamit lengan Daru dengan kedua tangannya dan memberikan tatapan memohon.
"Hafa, kamu nggak lagi berharap kita ada di sinetron atau bagaimana, kan? Dia masih belum sadarkan diri."
Hafa diam, menunggu Daru meneruskan. Namun tatapan cemas gadis itu hanya membuat Daru tidak yakin dengan apa yang harus ia katakan. "Operasinya... bisa dikatakan lancar. Bukan berhasil, tapi lancar. Karena..., kita belum dapat mengetahui hasilnya."
"M-maksudnya?"
"Seperti yang saya katakan, dia masih belum sadarkan diri. Kita harus menunggunya bangun untuk mengetahui operasinya berhasil atau tidak. Dengar," Daru memutar derajat posisinya sehingga persis menghadap gadis itu, ia memegangi kedua pucuk pundak Hafa. "Kemungkinannya ada dua, Hafa; operasinya berhasil dan ia akan segera sadar, atau... operasi itu ternyata gagal, tubuhnya ternyata menolak, dan dia ... bisa mengalami koma atau lebih buruk dari itu."
Daru merasa ia sudah menurunkan suaranya hingga titik terendah ketika mngucapkan kalimat terakhir, kalimat yang ia yakini tidak ingin didengar oleh Hafa. Ia tidak dapat mencegahnya, Hafa sudah mencerna semua ucapannya, ia yakin. Terlihat dari wajah gadis itu yang berubah mendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Rain [RE-POST]
Storie d'amoreTentang Levant Elenio Devara, yang melemparkan payung. Si bos berhati es yang membenci semua orang, termasuk hidupnya sendiri. Tentang Rintik Hafa, yang dilempari payung. Gadis yang mempertahankan hidup demi adiknya. Gadis yang mencintai hujan. ...