25. A Day With Happiness

10.1K 1.8K 245
                                    

Ada siapa aja di foto? Hahah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada siapa aja di foto? Hahah. Happy reading~

***

Telunjuk Ayla mengarah pada Hafa, kemudian ia menampilkan jempolnya dengan sisa jari lain tergenggam dan membuat gerakan memutar di udara.

Kamu nggak apa-apa?

Dan beberapa tahun tinggal bersebelahan rumah, saling bantu jika butuh sesuatu, Hafa mulai mengerti kalimat-kalimat sederhana yang diucapkan tetangganya itu dengan gerakan tangan. Ia tersenyum lantas mengangguk bersemangat.

"Nggak pa-pa atuh, Teh. Percayakan Nasya sama saya."

Ayla tersenyum, kemudian segera berpamitan dengan skuternya, meninggalkan putrinya bersama Hafa. Ia tampak sedikit terburu-buru, dan kesal, dan Hafa dapat memahaminya dengan sepenuh hati. Hari ini hari minggu, hari yang seharusnya bisa dinikmati untuk istirahat, namun Ayla terpaksa memiliki pekerjaan extra, membuatnya terpaksa menitipkan Nasya pada Hafa dan Ayres.

Hafa berjongkok, menyamakan level pandangnya dengan anak perempuan berambut ikal tersebut. "Nasya, kamu di sini dulu, ya, sama Teteh. Kamu laper?"

Nasya menggeleng, kedua matanya yang bulat menatap Hafa dengan polos. Pasti berat jadi Ayla, pikirnya. Bahkan mata anaknya sendiri persis seperti ayahnya. Hafa ingat pernah bertemu dengan pria itu, awal-awal ketika ia baru pindah ke sini dan Pak Jagad belum pergi.

"Kamu mau main? Jalan-jalan?"

"Jalan-jalan!" Itu bukan Nasya, melainkan Ayres yang menjawab. Sejak kemarin, anak itu telah merengek meminta jalan-jalan. Dan bukan sekedar jalan-jalan.

"Ayo, Teh. Kita ke Trans Studio, Teh. Ya? Ya?"

Ia memasang wajah memelas yang menyerupai anak anjing, membuat matanya berbinar-binar yang hampir saja membuat Hafa luluh. Hafa boleh saja luluh, dompetnya tidak. Maka, yang bisa Hafa berikan justru adalah pelototan mata dan kepalan tangan.

"Mau apa tadi?!"

Ayres merengut. "Teteh, ih. Temen-temen Ayes udah pernah ke sana. Cuma Ayes sama Nasya yang belum. Kita ke sana ya, Teh? Please~"

"Oh... boleh, boleh." Hafa melemaskan jari-jarinya, menimbulkan bunyi ketika ia menekuk buku-buku jari. "Boleh, tapi kamu nggak boleh jajan selama 4 bulan, ya. Mau?!"

Hal itu tidak lantas segera menyurutkan Ayres. Ia masih merengut, memasang wajah memelas itu, kali ini bersama Nasya yang ikut-ikutan. "Tapi Teh~"

Hafa menghembuskan napas berat. Sabar, sabar. "Uangnya darimana, Ayes? Kita jalan-jalan deket sini aja, jogging, nanti Teteh beliin pentol, gimana?"

Oke, itu memang bukan tawaran yang ia inginkan, tapi itu juga bukan tawaran yang buruk. Maka Ayres tidak bisa untuk tidak tersenyum, meski hanya sebentar.

The Tale of Rain [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang