"Gimana?"Pria itu menggeleng, untuk ke sekian kalinya. Dan untuk ke sekian kalinya pula, Leona mendengkus keras. Ia mengangkat gaun putihnya tinggi-tinggi dan berjalan buru-buru menghampiri Aiden sembari mempertimbangkan untuk menendang kepala pria itu atau berbelas kasih.
"Aiden, please. Aku sudah sakit kepala milih gaun! Kamu mau bikin otakku meledak, ya? Tahu gini, aku ngajak Besta aja. Meski bawel, seenggaknya seleranya lumayan."
Aiden meringis mendengar omelan menggelegar itu. Ia menoleh dan tersenyum meminta maaf pada Britanny, wanita dengan tunik biru dan rambut yang digelung ke atas membentuk punuk yang satu jam lalu mengenalkan diri sebagai pemilik bridal sekaligus perancang busana pengantin Leona nantinya.
"That's okay." Wanita di penghujung umur tiga puluh itu tersenyum. "I can see that, gaun itu just not your style. Terlalu banyak manik, dan terlalu panjang ke lantai, kayaknya. Terlalu gemerlap untuk kamu yang sudah bersinar," kekeh Britanny.
Britanny bersedekap selama ia mengamati Leona. Ia memiringkan kepala, coba membayangkan gaun yang akan melekat pas di tubuh Leona. Leona tidak buruk, tentu saja. Bahkan terlalu cantik sehingga gaun apapun yang akan ia kenakan tetap saja akan terlihat mewah. Namun ini pesta pernikahan, dan sebagai perancang busana yang malang melintang di dunia fesyen selama lebih dari lima belas tahun hingga rancangannya bahkan telah dipakai artis internasional, ia tahu Leona memerlukan gaun yang mewakili dirinya, membebaskan jiwanya.
"I think ..., I have that one gown that you will love! Saya merancangnya lama sekali dulu, one of my favorite masterpiece. Sayangnya, nggak banyak gadis yang berminat menjadikannya gaun pernikahan. Atau saya yang nggak mau memberikannya pada mereka. For you, though, I think the gown is just made for you. Wait, I'll get it here!"
Dengan segera wanita itu melangkah gegas lalu menghilang di balik deret pajangan gaun-gaun elegan pada deret manekin. Untuk beberapa saat, tidak ada Britanny Putri yang sibuk mengajak Aiden mengobrol, hanya Leona yang memasang ekspresi angker di wajahnya dan duduk di sofa dengan tangan masih menyilang di depan dada. Aiden memperhatikannya diam-diam. Ia harus mengakui Leona ratusan kali lebih cantik dalam balutan gaun pengantin yang feminim. Tapi lihatlah caranya duduk dan memperlakukan gaunnya, ia bukan hanya kasian pada gaun itu, tapi kepada Leona juga.
"Apa lihat-lihat?!" Gadis itu menyeru galak.
Suara deham seseorang segera meningterupsi mereka. Tidak butuh waktu lama bagi Britanny untuk kembali ke tempat Aiden dan Leona berada. Di tangannya sudah ada sebuah gaun, berwarna broken white dan masih berbalut plastik. Ia tersenyum lebar pada Leona seraya mendorong gaun tersebut ke dada gadis itu.
"Try this out, Darling. I bet it will look breathtaking on you!"
***
Ucapan wanita itu terbukti. Oke, dimata Aiden memang akan selalu terbukti, gadis itu akan tetap cantik di matanya bagaimana mengenaskan pun keadaannya. Tapi jika seseorang mengatakan gaun itu tercipta untuk dipakai seorang Leona Karlesha Bekker, Aiden akan mengamininya sepenuh hati. Ia menjadi ratusan-ribuan kali lebih cantik daripada yang pernah Aiden pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Rain [RE-POST]
RomanceTentang Levant Elenio Devara, yang melemparkan payung. Si bos berhati es yang membenci semua orang, termasuk hidupnya sendiri. Tentang Rintik Hafa, yang dilempari payung. Gadis yang mempertahankan hidup demi adiknya. Gadis yang mencintai hujan. ...