34. Your Name

8.7K 1.6K 125
                                    

"Levant

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Levant. Nama saya Levant."

Levant ... Namanya Levant.

Gadis itu terpaku. Perasaan aneh menyerangnya. Suatu perasaan berdegup yang ajaib, yang meronta-ronta di dalam rongga dadanya. Membuatnya merona. Membuatnya kesulitan menahan senyum. Menghambatnya melakukan segala hal dengan semestinya, termasuk ketika ia mencoba membuatkan sari jahe sore itu.

Badannya terasa panas sejak hujan-hujanan sore kemarin, sehingga hari ini ia meliburkan diri. Levant pun sama, bersin-bersin dari tadi. Dan cuaca Bandung juga tidak berubah menjadi lebih hangat sejak hujan yang melanda hingga malam, sehingga minuman jahe hangat tampak seperti bukan lagi tawaran, tapi keharusan.

Di luar, di ruang tamu kecilnya yang hampir sepanjang hari merangkap sebagai tempat bermain Ayres—karena mainan anak itu bertebaran dimana-mana layaknya debu pada karpet—terdengar suara pria itu. Kemungkinan besarnya tengah membuat sebuah lelucon atau apa, mengacu kepada suara tawa Ayres yang hampir tanpa jeda. Aneh. Orang sedingin dia bisa membuat lelucon? Apakah ini tanda-tanda kiamat? Karena ... Hafa telah terlanjur menjaga dalam kepalanya pikiran bahwa orang seperti Levant hanya bisa bersikap menyebalkan.

"Aa kalah, ya! Aa kalah!" Ayres tertawa lagi. Terdengar suara tembakan yang bunyinya keluar dari mulut Ayres sendiri, disambut tawa dari Levant.

"Aah... kepalaku. Rumah sakit, tolong!"

"Kami datang! Niuniuniuniu~"

Hafa menghentikan putaran sendoknya di dalam minuman. Ia meletakkannya di atas piring, lalu mengangkat baki berisi minuman tersebut, menuju ruang tamu.

"Kami akan segera mengobatimu!"

Semakin Hafa melangkah mendekat, semakin terdengar keberisikan Ayres. Dan Hafa tidak heran. Ia baru saja memasuki ruang tamu ketika melihat Levant dan Ayres melakukan sesuatu dengan gulungan tisu.

Dan sesuatu itu familiar. Menghentikannya. Pria itu... ada perban menutupi kepalanya.

"A! Mukanya jadi nggak keliatan," gelak Ayres.

Levant menyambut tawa itu. "Sekarang panggil Aa... Kepala Mumi! Ayo! Takut, nggak?!"

Seruan galak yang dipalsukan itu lantas membuat Ayres tertawa lagi, berikut Levant, yang mengambangkan senyum meki tertutupi gulungan tisu. Namun Hafa, membeku di tempatnya dan tidak ada yang menyadari itu. Setidaknya beberapa saat sebelum Levant merasakan keinginan untuk memutar lehernya. Sehingga ia mendapati Hafa, mendapati manik mata cokelat madunya yang membulat dengan rona keterkejutan yang kentara. Kepala mumi. Apakah... dia menyadarinya?

"Kamu...," gadis itu berjalan pelan mendekatinya, langkahnya terseret. "Pernahkah kamu kecelakaan, lalu sesuatu terjadi pada ... kepalamu?"

Levant menatapnya, mengalami distorsi yang parah dalam otaknya, kebingungan antara memikirkan jawabannya atau membiarkan dirinya larut di kedalaman mata yang bersinar penasaran itu. Bisakah... bisakah ia menghubungkannya dengan kejadian lima belas tahun lalu?

The Tale of Rain [RE-POST]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang