kesedihan SalsAsa

351 19 0
                                    

"uwak teh udah berpulang Sa. Nenek kamu udah meninggal"

DEGG!

Hah sepertinya aku salah dengar. Aku tidak percaya dengan mang Ujang, karena biasanya mang Ujang suka menjahiliku, katanya seru

"mang ih apa sih? Mentang2 Asa udah gak disini, mamang jadi makin jadi deh jahilnya heheh"

Terlihat kalo mang Ujang menatapku sendu, setelah itu menangis kejar sampai2 mang Ujang menjatuhkan dirinya di depanku. Aku yang kaget, reflek berjongkok menyamakan posisiku dengan mang Ujang

"mamang ih, jangan banting diri gitu kasian badannya. Masa cuma karena mau jahilin Asa sampe nyakitin badan gitu sih mang"

"Asa, uwak teh bener meninggal Sa. Mamang gak lagi bercanda, uwak meninggal tadi subuh"

Aku sempat tidak percaya dengan mang Ujang, tapi melihat keseriusan di mata mang Ujang, aku jadi yakin kalo mang Ujang sedang tidak bercanda

"mang jangan bohong, Asa gak suka di bohongin"

"Asa, mamang gak bohong. Mamang baru aja galih kuburan untuk uwak"

Aku menatap mang Ujang sebentar, setelah itu aku berdiri lalu segera berlari meninggalkan mang Ujang yang masih terduduk di aspal

Tidak perduli tatapan warga bahkan sapaan mereka kepadaku. Aku hanya ingin cepat2 bertemu nenek

Tanpa sadar air mataku sudah turun, makin deras, sampai sesekali aku mengeluarkan isakan dari mulutku

"hiks"

Sesampainya di depan halaman rumah nenek, aku melihat sudah banyak warga memenuhi rumah nenek. Aku juga melihat ada bendera kuning yang tersangkut di tiap sudut rumah nenek

'gak mungkin'

Akupun segera berlari memasuki rumah nenek. Masa bodoh dengan apapun yang ku tabrak, aku tidak perduli. Aku hanya ingin memastikan jika ini semua salah atau ini semua adalah mimpi burukku

Kakiku lemas, rasa2nya semua tulangku seperti copot dari tempatnya. Melihat tubuh kaku nenek ditutupi kain coklat dan putih. Betapa kagetnya aku, nenekku yang sudah mengurusku selama ini, benar2 pergi meninggalkanku untuk selamanya

Suara tahlilan warga menghiasi telingaku juga suasana saat ini

Dengan sisa tenagaku, aku merangkak mendekati tubuh kaku nenek. Aku membuka kain putih yang menutupi wajahnya. Lihat, betapa tenangnya wajah nenekku. Aku makin menangis kala tanganku yang sudah gemetar menyentuh pipi pucat nenek

Dingin

"nek.." - panggilku tepat di telinga nenek
"nek, Asa pulang, hiks. Kenapa nenek sambut Asa kaya gini nek? Asa kangen sama nenek. Kenapa nenek ninggalin Asa disaat Asa lagi butuh nenek"

Aku berbicara sendiri, seakan aku sedang mengadu kepada nenekku, dan berharap kalo nenek akan mengelus kepalaku lembut seperti biasa ketika aku sedang sedih

"kenapa nenek pergi secepat ini nek? Asa gak mau kehilangan nenek. Siapa lagi yang  bakal marahin mang Ujang kalo nangisin Asa? Siapa lagi yang suka bikinin Asa susu jahe kalo bukan nenek"
"bangun nek!! Jangan tinggalin Asaa!!!"

"Asa, neng udah neng. Jangan gini, ikhlasin nenek" - mang Ujang yang tiba2 saja sudah ada di sampingku lalu menahanku untuk tidak mengamuk seperti tadi

"gak mau mang!! Asa butuh nenek" - teriakku membuat beberapa warga melihatku prihatin

"nenek teh udah tenang disana Sa. Nenek juga pasti sedih kalo liat Asa seperti ini"

If I Stay ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang