Jika membenci itu salah, apa berpura-pura tidak perduli itu benar?***
Bel pulang sudah dibunyikan sejak 30 menit yang lalu, koridor kelas yang biasanya ramai sudah sangat sepi. Syifa berjalan sendiri dengan sebelah tangan yang masih memegangi ponsel yang baru saja ia gunakan untuk memesan ojek online
Yasmin dan Sasha tidak bisa menemaninya piket kelas seperti biasanya karna keduanya memiliki kepentingan masing-masing. Shasa punya janji dengan Vano, pacarnya, sementara Yasmin harus dijemput abangnya karna akan ada acara keluarga.
"Cewek..., kok sendirian sih"
"Cantik, sini dong"
Syifa mempercepat langkah saat melewati koridor dekat lapangan futsal, tidak menghiraukan kicauan-kicauan dari kakak kelasnya yang sedang nongkrong di sana.
"Dek kok cepet-cepet jalannya? Yok mampir dulu, kenalan sama abang-abang ganteng, nanti janji deh dibeliin minum terus dianterin pulang"
Syifa yang terkejut, reflek menoleh ke samping, mendapati seorang cowok berbadan tinggi yang kini tengah menjajari langkahnya.
"Maaf kak, saya harus segera pulang" ucap Syifa yang masih berusaha untuk tetap sopan. Ia kemudian menundukkan kepala, untuk menyembunyikan wajahnya yang mulai pucat karna ketakutan.
"Dek"
Syifa gemetar hebat saat sebelah tangannya tiba-tiba dicekal oleh seseorang itu, padahal seumur hidup belum pernah ada cowok yang ia biarkan untuk menyentuh tangannya dengan lancang seperti itu.
"Lepas kak, lepasin"
"Sun dulu, baru dilepas"
Sungguh Syifa ingin muntah saat mendengar perkataan dengan nada menjijikkan dari kakak kelasnya itu. Cowok itu pikir, dirinya semurah apa sehingga dengan mudahnya mau mencium cowok yang bahkan tidak ia kenal?
Syifa lalu meronta dengan sekuat tenaga, entah mendapat keberanian dari mana ia langsung menginjak sebelah kaki cowok itu, membuatnya mengaduh .
Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Syifa untuk berlari sekencang mungkin.
"Anjir, cantik aja enggak sok jual mahal "
Teriak cowok itu yang masih bisa di dengar oleh Syifa."Kalau lo bangsat"
Suara berat itu membuat cowok itu menoleh, langsung terkejut saat menjumpai seseorang yang tampak menahan amarah.
"Bro-"
Satu bogeman mentah dari seseorang itu langsung membuat cowok yang mengganggu Syifa tadi jatuh tersungkur.
"Ganggu dia sekali lagi, gue gantung lo di tiang bendera"
***
Syifa baru saja sampai di depan teras rumahnya, ia berdiri di depan pintu, memencet bel dan kemudian menunggu seseorang untuk membukakan pintu untuknya.
Tak lama kemudian pintu terbuka, mamanya adalah seseorang yang muncul dari baliknya. Perempuan itu tampak terkejut saat menjumpai putrinya.
"Sayang?"
"Mah" Syifa tersenyum, lalu membungkukkan badan untuk menyalimi mamanya dengan penuh rasa hormat.
"Kamu sendirian sayang? Suami kamu mana?" mama Syifa bertanya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang, hal yang langsung membuat Syifa bete tingkat dewa.
"Mama, udah berapa kali sih Syifa bilang, Syifa geli kalau mama sebut dia suami Syifa"
"Suami istri tapi nggak mau disebut suami istri itu gimana sih? Ada-ada saja kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...