***MENGHIDUPKAN lampu tidur, Syifa terkejut saat menjumpai sepasang bola mata Rizky yang masih membulat dengan sempurna, menatap kosong ke arah langit-langit, terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu.
Syifa sempat mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukan tepat pukul dua pagi. Barulah setelahnya, ia memanggil cowok itu lirih.
"Ky..."
Rizky langsung menoleh, sedikit heran saat menjumpai Syifa yang kini sedang menatap ke arahnya, tidak lagi tertidur. Padahal, baru beberapa menit lalu ia menoleh dan melihat gadis itu yang tengah tertidur dengan pulas.
"Lo kenapa bangun?"
Syifa tampak mengulum senyum. Ia sudah biasa terbangun saat tidur. Entah karena haus, ingin pergi ke kamar mandi, ataupun sekedar terbangun tanpa sebab yang jelas. Namun meskipun begitu, tidak sulit baginya untuk kembali memejamkan mata setelahnya.
"Nggak papa, kebangun aja. Kalau kamu sendiri, kenapa? Belum bisa tidur atau kebangun?"
"Gue nggak bisa tidur"
"Kamu lagi mikirin sesuatu?" tebak Syifa, entah mengapa saat melihat Rizky beberapa saat lalu, ia merasa cowok itu sedang memikirkan sesuatu. Suatu hal yang besar yang saat ini sedang berusaha untuk cowok itu tutupi dan hadapi seorang diri.
Rizky sempat tersenyum geli, takjub dengan kepedulian Syifa terhadapnya. "Nggak ada yang gue pikirin"
Syifa mengangguk paham. Dan setelahnya suasana pun diambil oleh hening. Baik Rizky atau Syifa sama-sama hanyut dalam alunan benak masing-masing. Syifa yang masih berusaha mempercayai ucapan Rizky, sementara cowok itu, entah sedang memikirkan apa.
Hingga kemudian Syifa menepuk sebelah bantalnya, meminta supaya cowok itu mendekat kepadanya.
Dengan segera Rizky pun mendekat, menuruti perintah Syifa sambil tersenyum tipis. Rasanya seperti menang lotre saat bisa berada sangat dekat dengan Syifa, tanpa perlu repot-repot ia menahan atau mengunci gadis itu supaya diam di sisinya.
Kini keduanya tak lagi berjarak, jika salah satunya menoleh, maka otomatis salah satunya pasti akan tercium.
"Dulu, kalau aku nggak bisa tidur, Mama selalu nyanyiin aku, terus aku bisa tidur..." ucap Syifa, yang baru saja mengenang salah satu bagian masa kecilnya.
"Jadi, lo mau nyanyi buat gue?"
Syifa mengangguk pelan. Meskipun sebenarnya ia masih merasa kurang yakin dengan hal itu.
Bagaimana ia bisa bernyanyi untuk Rizky jika ia bahkan belum pernah mempunyai pengalaman bernyanyi di hadapan orang lain?
Ia hanya pernah menyanyi sewaktu TK dan itu pun bersama dengan teman-temannya, Dan jika bernyanyi seorang diri mungkin itu hanya di hadapan orang tuanya, itu pun sewaktu ia masih kecil. Setelah dewasa Syifa kerap kali merasa malu bahkan kepada orangtuanya sekalipun.
"Pakai lagu anak-anak?" tanya cowok itu lagi, kali ini sambil terkekeh geli. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika Syifa yang polos menyanyikan lagu anak-anak, gadis itu pasti akan terlihat berkali-kali lipat lebih polos, seperti anak-anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...