***
KEBETULAN, hari ini hari minggu, sehingga mereka masih bisa berada di rumah orang tua Syifa, atas permintaan mama Syifa tentunya. Bahkan, katanya mereka baru diperbolehkan pulang nanti malam dengan alasan untuk menemani mama Syifa yang sedang ditinggal ke luar kota.
"Ky, kok sedikit banget makannya sayang? Ditambah dong nasinya, cicipin juga rendang buatan Mama. Enak loh, Syifa aja kalau makan rendang bikinan Mama sampai nggak bisa berhenti " ucap Mama Syifa, penuh antusias sambil menyendokkan rendang dan menaruhnya pada piring milik Rizky.
"Nggak gitu juga kali ma" protes Syifa, tidak terima saat secara tidak langsung Mamanya menyebutnya doyan makan.
Sementara Rizky hanya tersenyum tipis, sebagai ucapan terima kasih pada mama Syifa.
"Ya kan intinya gitu sayang, kamu suka banget kan?"
Syifa tidak menjawab, namun menatap ke arah Mamanya seolah berkata semerdeka mama aja.
"Ky, nanti kalau udah selesai makan, diminum susunya, dimakan juga buahnya, minum airnya yang cukup. Sekarang cuaca lagi nggak bagus, harus jaga pola makan, kalau nggak nanti bisa sakit" ucap mama Syifa lagi, cerewet, persis seperti mengomeli anaknya yang masih TK.
"Ma, dia itu udah delapan belas tahun, bukan anak kecil" komentar Syifa, ia merasa Mamanya terlalu berlebihan kali ini. Dan parahnya, Mamanya bersikap berlebihan pada cowok yang bahkan selalu diam di tengah keramaian. Tidakkah mamanya itu peka jika Rizky tidak suka diajak terlalu banyak bicara?
Sementara yang diomeli hanya mengangguk, sepertinya tidak mau repot.
"Loh memang cuma anak kecil yang bisa sakit? Iya kan Ky?"
" Tante mirip sama Mama saya"
Mungkin itu adalah kalimat pertama yang diucapkan oleh cowok itu sejak tiba di meja makan, perkataan yang sempat membuat Syifa dan Mamanya terdiam.
Syifa tidak tahu, bagaimana rasanya merindu tapi sudah tidak memiliki kesempatan untuk temu, ia tidak tahu caranya untuk terus hidup tanpa orang-orang terkasih, yang Syifa tahu, cowok itu terlalu hebat.
"Kan memang Mama kamu, iya kan Syif?" ucap Ratih pada akhirnya, berusaha menghangatkan kembali suasana.
Syifa mengangguk pelan.
Melihat Rizky yang masih saja beku, Ratih kembali berucap "Sayang, jangan sering bikinin Rizky makan instan, nggak sehat, lihat tuh menantu mama jadi kurusan"
Syifa langsung menatap ke Rizky, memastikan ucapan mamanya, dan ternyata memang benar. Cowok itu terlihat lebih kurus dari sebelumnya.
Kemana saja ia sehingga baru menyadarinya?
" Dia yang kurusan kok mama protesnya ke aku?"
Rizky memang jarang makan di rumah, hanya sesekali Syifa menemukan bungkusan di meja makan. Tapi Syifa yakin, cowok itu lebih sering makan di luar, mengingat intensitas aktivitas cowok itu di luar rumah lebih banyak daripada di dalam rumah.
"Loh kunci sehat keluarga itu yang pertama ada sama perempuan. Harus rajin masak rajin bersih-bersih, nggak boleh malas. "
"Aku nggak malas ya Ma" elak Syifa, tidak terima dikatai malas karena ia selalu bangun pagi, selalu membersihkan rumah sebelum berangkat sekolah.
"Nggak malas belajar kan? Tapi malas masak"
Syifa tidak lagi menjawab, hanya memanyunkan bibir sebal. Kalau soal memasak, ia memang belum terlalu menyukai. Namun Syifa cukup percaya diri jika sekalinya turun ke dapur, ia bisa membuat makanan yang enak juga sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Novela JuvenilIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...