****SEPASANG kelopak mata Syifa perlahan terbuka. Ia mengerjapkan mata beberapa kali untuk menetralkan penghilatan. Yang pertama kali dilihat olehnya adalah jam dinding yang menunjukan pukul satu pagi.
Jika biasanya Syifa akan langsung kembali tertidur saat melihat jam yang masih terlalu pagi, namun kali ini tidak.
Ia menatap ke arah langit-langit, merasa jika ada suatu kejanggalan yang terjadi. Namun kejanggalan apa itu, Syifa tidak mengingatnya.
Hingga pada akhirnya ingatakan Syifa jatuh pada peristiwa itu, saat ia mengatakan jika ia ingin berpisah dengan Rizky
Syifa langsung terduduk di ranjang.
Seingatnya, setelah pertengkarannya dengan cowok itu, ia diam-diam menangis, dengan menyandarkan kepala ke arah jendela juga memejamkan mata. Ialu kemudian ia sudah tidak meningat apa-apa lagi. Ia tidak ingat kapan mereka sampai ke rumah, kapan ia turun dari mobil dan kemudian kapan ia pergi tidur.
Lalu bagimana bisa ia sampai di kamarnya?
Jika beberapa jam lalu Syifa tidak pernah turun dari mobil dan berjalan menuju kamarnya,
Itu artinya…
Rizky yang menggendongnya kemari, yang melepas heels dan juga menyelimutinya.
Mengapa cowok itu mau repot-repot melakukannya? Mengapa tidak membangunkannya saja ketika mereka sampai di rumah?
Apa cowok itu…
Syifa langsung menggelengkan kepala, menepuk-nepuk dadanya yang mulai terasa berbeda. Rizky tidak mungkin memiliki perasaan terhadapnya. Mungkin yang dilakukan olehnya hanya sebatas tindakan yang didasari sifat kemanusian, mungkin saja wajahnya yang sembab terlihat begitu menyedihkan, sehingga akhirnya membuat cowok itu kasihan. Ia tidak boleh terlalu percaya diri, bukan?
Syifa tidak tau apa yang membuatnya langsung turun dari ranjang, beranjak dari kamarnya, dan paling tidak Syifa mengerti, mengapa langkah-langkah kakinya menghantarkannya ke depan pintu kamar Rizky
Syifa sempat mematung di sana untuk beberapa saat. Ia mengetuk namun ragu. Memangnya apa yang akan ia katakan pada cowok itu ketika cowok itu bertanya mengapa ia datang kemari di pagi buta seperti ini? Belum lagi kalau Rizky marah karna tidurnya diganggu.
Syifa ingin mundur, namun entah mengapa kedua kakinya seakan melekat pada lantai, tidak mau beranjak.
Sebenarnya apa yang sedang terjadi padanya? Mengapa ia tiba-tiba ingin bertemu dengan Rizky?
Akhirnya Syifa mengetuk pintu itu dengan ragu, hanya sekali ketukan pelan, namun itu sudah membuat pintu kamar Rizky sedikit terbuka. Sepertinya pintu kamar tidak dikunci oleh cowok itu.
Syifa memberanikan diri untuk mendorongnya pelan, berniat untuk memastikan keberadaan dan keadaan Rizky, namun hingga pintu itu terbuka lebar oleh Syifa, kedua bola mata Syifa tidak berhasil menemukan keberadaan cowok itu. Tempat tidurnya kosong, begitu juga sofa dan lantainya, sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda keberadaan Rizky.
"Ky…" Syifa memanggil, dan tidak ada sahutan sama sekali.
Ia pun melangkahkan kedua kakinya masuk, mengalihkan kembali pandangannya ke semua sudut kamar, berharap bisa menemukan Rizky.
Namun Syifa tidak juga menemukannya, bahkan setelah Syifa mengetuk pintu kamar mandi dan membukanya, Rizky tetap tetap tidak ada.
Kemana cowok itu?
Apa mungkin Rizky pergi karna keinginannya yang ingin berpisah dengan cowok itu ?
Ia memang telah memutuskan untuk berpisah, namun Syifa juga belum siap jika harus berpisah detik ini. Entah mengapa hatinya terasa perih hanya dengan membayangkan perpisahan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...