***SYIFA sedang duduk di kursi teras, menunggu jemputannya yang tak kunjung datang. Biasanya pak Irul, sopir khusus dipekerjakan oleh orang tuanya guna mengatar-jemput dirinya itu tidak pernah datang terlambat, beliau selalu datang tepat waktu, tapi kali ini?
Syifa melirik ke arah jam tangannya untuk yang kesekian lagi, mendesah pelan, rasa khawatirnya semakin lama semakin menjadi.
Bagaimana tidak khawatir? Selama hampir dua tahun bersekolah, Syifa belum pernah sekalipun datang terlambat, ia selalu tepat waktu dan juga disiplin, tidak pernah melanggar tatip apapun bentuknya, tentu oleh sebab itu Syifa tidak ingin menodai catatan baiknya selama ini.
"Lo ngapain masih di sini?"
Suara bariton itu membuat Syifa mendongak, mendapati Rizky yang sudah berdiri di hadapannya. Dengan menggunakan jaket hitam, baju seragam yang tidak dimasukkan, tak lupa dengan ransel yang digendong di sebelah bahu.
Syifa belum pernah melihat Rizky sebelum pergi sekolah sebelumnya. Tentu karna biasanya ia sudah berangkat jauh sebelum Rizky bangun. Syifa baru akan melihat Rizky ketika sedang dijemur di lapangan, tentu dalam keadaan cowok itu sudah tidak menggunakan jaket dan juga ranselnya.
Jadi bolehkah sekarang Syifa berpikir jika Rizky terlihat tampan?
Syifa segera menggelengkan kepalanya.
Ia pasti sudah gila karna menganggap cowok berantakan seperti preman pasar itu tampan.
"Nunggu jemputan" jawab Syifa, pelan.
"Bego. Harusnya lo pinter dikit, pesen grab kek, lo bakal telat " cibir cowok itu, terdengar menyebalkan seperti biasa.
"Kamu kan juga telat, berarti kamu juga bego?"
Rizky tampak berdecih pelan, sebelum akhirnya meninggalkan Syifa, menuju garasi untuk menghampiri motor ninjanya yang terparkir di sana.
Syifa masih mengamati Rizky hingga cowok itu sudah sempurna duduk di motor dan menggunakan helmnya.
Apa memang kayak gitu yang namanya bad boy?
Entah mengapa Syifa jadi memikirkan soal bad boy ketika melihat Rizky barusan. Cerita-cerita Yasmin tentang sosok bad boy yang sering gadis itu jumpai dalam drama korea pun ikut meramaikan imajinasinya.
"Tapi kata Yasmin, bad boy itu kebanyakan tsundere, meskipun dingin ada sisi sweetnya, memang cowok itu iya?"
Ah iya, Rizky pernah memeluknya dengan posesif secara tiba-tiba, mencium puncak kepala dan juga terlihat memperdulikannya secara diam-diam.
Bukankah itu tergolong tindakan yang manis?
"Lo sebenernya beneran pinter nggak sih?" ucap cowok itu dengan tiba-tiba, dengan nada bicaranya yang terdengar mengejek.
"Kenapa?" bingung Syifa, ia yang tidak merasa melakukan kesalahan terhadap cowok itu tentu kesal sekaligus bingung ketika mendengar Rizky mengejeknya.
"Naik. Lo mau sampai kapan nunggu?"
Syifa kemudian bangkit dari kursinya, berjalan dengan ragu ke arah Rizky
Yang benar saja cowok itu mengajaknya berangkat sekolah bersama? Naik motor pula. Selama ini belum pernah sekalipun Syifa dibonceng oleh Rizky dengan menggunakan motor, kalau mobil, pernah beberapa kali, itupun karna mereka pergi bersama orangtua Syifa.
Syifa naik ke atas motor dengan hati-hati, tampak kesulitan karna tingginya motor milik Rizky itu, juga karna Syifa yang enggan menjadikan pundak cowok itu sebagai tumpuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...