***DI dalam ruangan bernuansa serba putih itu Rian dan Rizky berbaring pada ranjang yang dipisahkan oleh jarak kurang dari dua meter.
Keduanya sudah siuman sejak setengah jam yang lalu, namun anehnya meskipun tau keadaan masing-masing, tidak ada yang bicara. Keduanya hanya diam seraya menatap langit-langit.
"Harusnya lo nggak perlu lakuin ini"
Ucapan Rizky barusan membuat Rian menoleh, bergumam tak jelas.
"Kalaupun gue mati, mungkin gue bisa ketemu sama keluarga gue"
Sejak mengetahui dirinya sakit, itulah hal pertama yang ada di dalam benak. Ia berpikir jika Tuhan telah memberikannya jalan yang nyata untuk kembali berkumpul bersama orang-orang terdekatnya.
Namun seiring berjalannya waktu, rasa gusar mengambil alih. Dan alasannya tak lain adalah Syifa, gadisnya.
"Sejak kapan lo bacot? Udah lo terima juga"
"Lagian lo itu brengsek, kalo mati masuk neraka, mana bisa lo ketemu mereka"
Rizky terkekeh pelan, cowok itu tampak sama sekali tidak tersinggung atas candaan Rian.
"Thanks Yan"
"Santai, kayak sama siapa aja"
"Yan"
"Hm"
"Gue baru tau kalo lo saudara tiri gue lima hari yang lalu. Lo tau gimana caranya gue bisa tau?"
Rian tidak menjawab dengan suara, namun sorot matanya.
"Gue nggak sengaja liat wallpaper hp Mama yang penuh sama foto lo.
Dulu mama gue juga lakuin hal yang sama, dan waktu gue tanya kenapa, katanya karna mama terlalu sayang, itu salah satu upaya supaya selalu merasa dekat dengan anak semata wayangnya yang mulai remaja"
"Kalau waktu itu gue tau mama nggak bisa selamanya di sisi gue, gue nggak akan ninggalin mama main bola atau ikut banyak ekstrak. Biar orang lain anggep gue manja, yang penting gue bisa di sisi mama"
Rizky memejamkan matanya sejenak. Mengingat selalu saja berujung melukai. Kenangan menyapu ingatannya lembut untuk kemudian menghancurkan seisi hatinya.
Senyum manis dan sentuhan hangat tangan mendiam mamanya adalah dua hal yang akan terus ia rindukan.
"Kalo aja gue tau, Papa juga akan pergi, gue nggak akan pernah jadi pembangkang, gue akan coba maafin dan terima perlakuan papa meskipun semua itu bikin hati gue sakit"
" Karna sesuatu akan kerasa lebih berharga setelah semua itu hilang dari genggaman,yan"
"Mama lo sayang banget sama lo. Dan seharusnya lo nggak boleh sia-siain itu. Peluk selagi masih bisa. Jangan sampai lo nyesel. Lo cuma butuh turunin ego buat bisa peluk mama atau papa lo. Sementara gue? "
"Lo nggak tau apa-apa. Orangtua gue, termasuk Mama udah lama nggak peduli sama gue. Bahkan gue kira, dia lebih sayang sama lo daripada gue. Entah kapan dan dengan cara apa dia tahu kalau ginjal kita saling cocok"
Rizky sempat tersenyum tipis.
Bagaimana bisa Rian mempunyai pemikiran seperti itu? Mana mungkin ada seorang ibu yang lebih mencintai anak tirinya yang kasar pembangkang daripada anak kandungnya lebih dalam segala hal?
"Lo salah, darah itu lebih kental daripada air"
"Lagian mama lo udah cerita, dan menurut gue kalian berdua cuma saling salah paham. Mama yang nggak pandai mengungkapkan perasaan dan lo yang terus aja menghindar"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...