25. I'm beside you

10K 589 234
                                    


***

"Ky, kamu mimisan?" pekik Syifa panik.

Lain halnya dengan Syifa, Rizky justru tetap terlihat tenang. Dengan santai cowok itu mengusap hidungnya dengan sebelah telapak tangan, membuat telapak tangannya yang tadinya bersih itu kini dipenuhi darah kentalnya.

Syifa buru-buru mengambil dari sapu tangan dari dalam tasnya, menggunakan benda yang baru saja ia ambil itu untuk menghentikan laju darah yang terus mengalir dari hidung cowok itu.

Postur tubuh Rizky yang menjulang tinggi membuat Syifa harus berjinjit supaya bisa menggapai hidung milik cowok itu.

"K-kamu kenapa?" tanya Syifa disela-sela aktivitasnya, dengan nada bicaranya yang terdengar khawatir. Mimisan selalu mengingatkan Syifa dengan hal-hal mengerikan, sekaligus memilukan.

Namun yang diajak bicara hanya terdiam, justru menatap lekat ke arahnya.

"Kamu sakit? Pusing?" tanya Syifa lagi, tidak ingin berputus asa. Bagaimanapun ia harus mendapat jawaban atas kekhawatirannya.

Bukannya menjawab, Rizky jutru tersenyum lebar, dengan sebelah tangannya yang bersih, ia menurunkan tangan Syifa dari hidungnya.

"Ky..."

"Gue cuma mimisan, santai. Udah biasa dari kecil"

"Kamu yakin? Gimana kalau kita ke dokter aja? Ya?"

Rizky terkekeh pelan untuk kali ini. Kepolosan yang Syifa miliki terlihat berkali-kali lipat lebih saat gadis itu panik

"Segitu takutnya lo kehilangan gue?" godanya.

Syifa bungkam dengan seketika, jantungnya yang mulai berdegup dengan cepat. Ia bertanya dalam hati kecilnya,

Apa barusan ia terlihat terlalu berlebihan?
Jika ya, betapa memalukannya dirinya ini.

"Gue yakin, waktu kecil lo nggak pernah nonton kartun, kebayakan sinetron. Mimisan itu darah kotor keluar, dan itu bagus. Gue anak ips aja tau"

***

Jika biasanya Rizky akan menurunkan Syifa di depan gerbang belakang, hari ini berbeda. Bahkan Syifa sudah memohon supaya diturunkan di gerbang belakang atau setidaknya seratus meter dari gerbang depan, Rizky sama sekali tidak ingin menghiraukan ucapan Syifa.

Ia tapak santai melewati gerbang depan dengan Syifa yang ada dalam boncengannya, yang kedua tangannya ia tangkup dengan sebelah telapak tangan, supaya Syifa tetap berpegangan padanya.

Suasana parkiran pun mendadak berubah, dengan secepat kilat kini satu per satu perhatian mulai tertuju pada mereka.

Bagaimana tidak?

Beberapa hari setelah foto-foto mereka tersebar, kini mereka malah tampil dengan mesra di depan umum, seolah sama sekali tidak terpengaruh dengan opini sekitar.

Rizky turun dari motornya, setelah sebelumnya melepaskan helm. Sementara Syifa, gadis itu masih setia dalam posisinya, menundukan kepala untuk menghindari tatapan yang ada di sekitar. Tatapan yang selalu memembuat Syifa menciut sekaligus merasa tidak nyaman.

Melihat Syifa yang demikian, Rizky justru tertawa, membuat Syifa perlahan mendongakkan kepalanya, penasaran.

Mengangkat alisnya seolah bertanya, "Kenapa?"

Tak lama kekehan Rizky itu terhenti, berubah menjadi senyum. Cowok itu lalu melepaskan helm yang Syifa kenakan, mengelus pelan puncak kepala gadis itu.

"Apapun sebabnya, nggak ada alasan lo harus takut sama mereka. Gue setuju kalo manusia berhak dihormati, juga dihargai, tapi nggak ada satupun dari mereka yang berhak buat ditakuti"

 𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang