***SUASANA lapangan basket sudah sangat ramai, kursi-kursi sudah dipenuhi oleh suporter dari masing-masing sekolah.
Syifa, Sasha juga Yasmin, mengambil duduk di deretan bangku tribun yang masih kosong. Karena datang lumayan akhir, mereka mendapat deretan satu sebelum terakhir.Syifa langsung mengedarkan pandangannya ke setiap sisi lapangan, berharap sepasang ekor matanya bisa menangkap keberadaan Rizky. Jika seharusnya kini ia merasa takut untuk melihat cowok itu karena teringat akan permintaan gilanya, entah mengapa Syifa malah menjadi tidak sabar untuk melihat cowok itu.
Padahal, nanti jika pertandingan sudah dimulai, ia juga akan melihat cowok itu di sepanjang pertandingan. Namun entahlah, perasaannya mendadak terasa tidak enak dan pikirannya langsung tertuju pada Rizky.
Bukannya menemukan Rizky, ia justru menemukan Rian yang sedang berdiri di sisi lapangan. Dan bicara soal Rian, tadi pagi Syifa sempat mendapat chat dari kakak kelasnya itu, sebuah chat yang berisi permintaan supaya ia datang dan menonton pertandingan ini.
Syifa yang sejak awal sudah memiliki niat untuk menonton, akhirnya mengiyakan. Daripada ia menolak, namun Rian akan tetap menjumpainya di lapangan. Selain itu, perintah Rian itu lah yang dapat Syifa manfaatkan sebagai alasan mengapa ia ingin mengajak sahabat-sahabatnya menonton pertandingan basket. Karena awalnya, Yasmin berkata malas menonton karna tak mau bertemu mantan, sementara Sasha berkata jika tidak mood karena pacarnya bukan anak basket.
Suasana tribun menjadi semakin ramai setelah kedua tim yang akan melakukan pertandingan pertama mulai memasuki lapangan. Dan Rizky adalah pemain yang datang paling terakhir, ia baru masuk dalam barisan setelah doa selesai dilakukan.
Gemuruh sorak juga nyanyian yel-yel mulai terdengar setelah para pemain bersalaman dan peluit dibunyikan oleh wasit.
Pertandingan pun berlangsung sengit sejak awal sebab dua sekolah yang bertanding sama-sama sekolah yang memiliki tim basket yang terkenal kuat dan paling disegani sekolah-sekolah lain.
"Kayaknya baru kemarin gue nemenin dua sahabat gue nontonin pacar sama gebetan. Sekarang yang satu udah mantan aja, tapi yang satunya belum ada kemajuan" ucap Sasha dengan tiba-tiba, yang langsung membuat Yasmin menoleh, melempar tatapan tak terima kepada sahabatnya itu.
"Sorry nih sebelumnya, aku kesini bukan buat nonton mantan, tapi buat nemenin Syifa sama buat support sekolah kita"
"Halah, ngeles kayak bajay. Dari pertama pemain masuk, lo juga udah lirik-lirik mas yang kaosnya nomor tujuh itu. Ya kan? Udahlah ngaku aja si yas, gue memaklumi, move on itu ringan di bibir doang"
Yasmin tidak menjawab, memilih untuk cuek dan kembali sok asik menonton pertandingan. Padahal, sejak tadi yang gadis itu tonton bukanlah pertandingannya, melainkan mantannya itu, kemana cowok itu berlari, maka ke sana pula kedua sorot mata Yasmin menuju.
Duduk di kursi tribun dan menyaksikan cowok itu bertanding membuatnya merasa dejavu. Ingatannya terbang lalu kemudian jatuh pada beberapa minggu ke belakang, saat yang sama di mana ia duduk di kursi tribun dengan membawa sebotol air mineral juga sebuah handuk kecil.
Pada hari itu, ia menunggu hasil pertandingan dengan harap-harap cemas, pada hari itu pula seusai pertandingan ia langsung berlari turun ke lapangan, memberikan dua benda yang ia bawa untuk Rizky. Cowok itu tersenyum lebar padanya, sempat mengelus puncak kepalanya sebelum menyampirkan handuk pada sebelah pundak, membuka tutup botol air mineral untuk meneguknya beberapa kali lalu setelahnya menggunakan sisanya untuk membasahi kepala. Setiap kejadian-kejadian itu terekam dan tersimpan apik dalam memori Yasmin hingga detik ini. Kejadian yang sempat Yasmin harap akan selalu terulang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑀𝒶𝓇𝓇𝓎𝒾𝓃𝑔 𝒲𝒾𝓉𝒽 𝒯𝒽𝑒 𝐵𝒶𝒹 𝐵𝑜𝓎 (1)
Teen FictionIni tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok itu. Meskipun sikapnya dingin, cuek , dan juga kasar, namun cowok itu tetap idola. Penampilannya y...