10th Chapter - [Persuade Nouvie]

2K 389 50
                                    

Arjuna Shanders

Akhirnya, aku melakukan pekerjaanku yang sesungguhnya. Memata-matai mafia seperti komplotan Darman adalah hal yang sangat kusukai.

Aku membuka pintu kedai dengan percaya diri. Banyak meja yang kosong. Aku langsung menemukan para komplotan Darman duduk berkumpul di meja sudut. Jumlah mereka bukan lagi empat, tapi lima orang laki-laki. Nouvie satu-satunya wanita yang duduk di situ. Aku bersyukur dia dalam keadaan sehat meski wajahnya terlihat murung dan kelelahan. Sepertinya Darman memperlakukannya dengan baik.

Dengan santai, aku duduk dengan jarak sepuluh meter dari mereka dan mengambil posisi menghadap Nouvie. Seorang penyaji wanita berhijab datang padaku menawarkan menu. Aku memesan satu cangkir kopi ule kareng panas dan air putih. Kemudian waiter itu kembali ke dapur.

Sesekali aku memperhatikan Nouvie berharap matanya beralih padaku dan menyadarinya. Para pria di sekeliling Nouvie bercerita dengan penuh keseriusan. Belum bisa kuketahui apakah mereka hanya sekadar minum kopi atau melakukan bisnis tertentu. Setidaknya aku masih bisa mendengar sedikit percakapan mereka.

"Kenapa perempuan itu lama sekali?" Itu Danggo yang menggerutu. "Hei, Pak? Kami ngga bisa menunggu lebih lama lagi. Suruh dia cepat sedikit."

Darman merangkulkan tangan kanannya ke pundak Nouvie, tapi Nouvie menepisnya dengan wajah kesal. "Udah kubilang kita ngga akan rugi bawa Nouvie bersama kita. Dia pandai merayu orang lain. Ya, 'kan?"

"Ya, tapi dia masih membencimu, Man. Kasihan kali kau ini." Lalu mereka tertawa seperti bandit yang senang setelah merampok.

Danggo meneguk kopinya, kupikir di sini dia adalah seorang Alfa.

"Nouvie, jemput saja perempuan itu dan ajak bicara. Kita ngga bisa berlama-lama lagi. Besok sore kita harus sampai di Sigli."

Nouvie menyoroti mata Danggo penuh kekesalan.

"Ayo, Sayang, lakukan tugasmu jika kamu ingin cepat pulang," Darman membujuk

Meski dengan wajah kesal, akhirnya Nouvie pergi ke suatu ruangan di belakang dapur bersama seseorang yang mengantarnya. Aku masih mengawasi mereka sampai kopiku datang. Berpura-pura memainkan smartphone, meminta password wifi sebagaimana kebiasaan anak-anak muda di sekitar sini. Memperdayakan wifi gratis.

"Aku tidak menyangka bisnis ini berjalan sangat lancar. Terima kasih sudah merangkulku, aku berhutang budi padamu, Danggo." Jelas sudah bahwa Danggo memang si pemimpin.

"Sebaiknya jangan membicarakan bisnis di tempat umum seperti ini. Apa kamu ngga bisa belajar dari kesalahanmu dulu? Bisa saja intelejen berada di antara kita."

Yah, itu aku kawan ... Dan kalian terciduk dalam pengawasanku.

"Dasar Darman ceroboh!" Si pria bertubuh gempal itu menyeletuk.

Aku berpikir, soal human trafficking, sepertinya aku juga harus tahu berapa wanita yang sudah mereka rayu agar mau mengikuti keinginan mereka dan berapa wanita yang sudah dijual.

Pelan-pelan kuseruput kopiku. Si pria berambut keriting―kudengar namanya Badar―ia pergi keluar melalui pintu samping. Tak lama kemudian Nouvie muncul dari dapur bersama dengan seorang wanita berhijab. Duduk berdua di meja yang berbeda. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak dapat kudengar. Di situ, Nouvie memasang wajah yang sangat manis dan ramah. Seperti sales yang sedang menawarkan barang dagangan.

Aku beranjak untuk melakukan sesuatu agar mendapat perhatian dari Nouvie. Kutanya pada salah seorang pelayan di mana toilet pria, dan ia menunjuk ke arah belakang. Aku berjalan, mencoba membuat kesan agar Nouvie melihatku. Kubuka maskerku sedikit dan meliriknya. Nouvie membalas lirikanku dan kurasa dia tahu kalau aku sedang mengisyaratkan padanya untuk pergi ke belakang.

THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang