44th Chapter - [Bulletberry]

1.5K 287 97
                                    

Arjuna Shanders

Secepat Tony Stark yang mengganti kostumnya menjadi jubah besi Iron Man, aku mengenakan pakaianku secepat itu pula. Tubuh Almira yang masih berbalut handuk kimono berada di atas lenganku ketika aku membawanya keluar menuju kamarnya. Aku menyebut itu kamarnya sejak pertama kali aku membawa masuk dirinya ke rumah ini.

"Triana! Bantu aku!" Aku berteriak memanggil Triana ganar. "Triana!" belum ada sahutan. "Pecel!"

"Iyaa—" sahutnya dari lantai bawah.

Aku menggeleng pelan, dipanggil dengan julukan kesayangan baru perempuan itu menyahut.

Tak lama kemudian, wanita gembul itu muncul dengan langkah tergesa-gesa saat menaiki anak tangga. Ia mendapati diriku berdiri dengan posisi membopong Almira yang terlihat fresh, seperti ikan segar yang baru ditangkap.

Triana menaikkan alisnya sebelah. "Kenapa kamu teriak-teriak gitu, sih? Memang aku ini babu apa?"

"Kamu sudah mengaktifkan mode penghalang sinyal?" tanyaku memastikan. Dengan mengaktifkan mode tersebut, satu kilometer jarak sekeliling rumahku tidak akan bisa menangkap sinyal apa pun. Termasuk sinyal siaran tivi.

Triana memasang wajah kesal. "Sudah, sesuai perintahmu tadi. Memangnya kenapa, sih?"

"Huf ... leganya aku, untung aja aku bertindak cepat. Kalau enggak, mungkin tempat ini sudah menjadi medan tempur." Almira mencengkeram leher belakangku saat aku mengatakan kepanikan ini, ia tidak berkomentar apa pun. Malah menyandarkan kepalanya ke pundak kananku.

"Maksudmu?" Kedua alis Triana kini saling bertautan.

"Cepat! Panggilkan dr. Amanda sekarang juga."

"Dr. Amanda sudah ada di dalam kamar sejak tadi," balas Triana.

"Kalau begitu, ayo bantu aku,"

Tubuhku memutar 180 derajad untuk berbalik arah menuju ke kamar Almira. Triana mengikutiku di belakang. Seperti yang dikatakan Triana, dr. Amanda, Nouvie, Rio dan juga dr. Delaney ternyata masih berkoloni di atas kasur. Mereka semua dengan cepat menyingkir begitu melihatku masuk sambil membopong Almira.

"Dr. Amanda, cepat ambil peralatanmu. Ada micro GPS tertanam di bawah kulit pundak Almira, Dokter harus segera mengeluarkannya."

Mereka semua terkejut mendengar penuturanku. Almira sudah kududukkan di atas kasur, kakinya kubiarkan menjuntai sementara di tepi ranjang.

"Micro GPS? Astaga! Untung saja aku sudah mengaktifkan mode penghalang sinyal rumahmu, Juna! Kalau enggak, Red Skull pasti sudah menemukan keberadaan Almira."

"Dan keberadaan kita semua," sambungku sembari mengambil posisi duduk di sebelah kanan Almira.

Dr. Amanda sudah duduk di sebelah kiri Almira, mengeluarkan peralatan tajamnya.

"Mau apa?" Almira bergidik ngeri. Bukan karena melihat peralatan bedah itu, tapi karena melihat dr. Amanda yang secara tiba-tiba duduk di dekatnya. Matanya memicing tak suka terhadap dokter bertubuh gempal itu.

"Tenanglah, Dokter Amanda cuma mau keluarin micro GPS itu dari kulitmu. Dia ngga bermaksud nyakitin kamu, Almira—" Dahinya mengedut saat aku berusaha mengalihkan wajahnya untuk menatapku.

"Tunggu!" Nouvie menyela, "kamu memanggilnya Almira? Dan dia nggs marah?"

"Yah, aku sudah menceritakan hal yang menyenangkan. Dia sendiri yang minta kita untuk memanggilnya dengan nama Almira." Aku menaikan alisku pada Almira sebagai ungkapan persetujuan. "Benar 'kan?" tanyaku.

THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang