13th Chapter - [New Family]

2.3K 386 164
                                    

Almira Freddie

Temaram langit senja di ufuk barat perlahan-lahan mulai menguasai. Malam berganti siang dan siang berganti malam. Sudah dua hari aku melakukan perjalanan panjang. Jarak antar provinsi yang harusnya bisa ditempuh hanya dalam waktu dua belas jam saja, jadi berdurasi lebih panjang karena misi penyelamatan ini.

Awalnya kukira akan sangat sulit. Namun keberadaan Han di sampingku membuat semuanya terasa mudah. Kami telah bersama-sama melewati kesulitan, hambatan dan juga tawa. Meskipun aku berhasil menyembunyikan kesedihanku. Paling tidak aku harus menyelingi hari-hari bersama Han dengan canda. Agar ia tidak terlalu monoton.

Aku tahu dia kelelahan. Berkelahi dengan mafia biadab bukanlah hal yang mudah. Aku tidak ingin bertanya padanya bagaimana dia bisa menguasai ilmu bela diri dengan sangat baik. Karena kupikir, lelaki tipe sepertinya memang doyan berkelahi. Han tidak pernah mengeluhkan apa pun tentang diriku yang kelewat batas. Membawanya pada masalah sejauh ini adalah tindakan semena-mena. Namun Allah adalah sebaik pembuat rencana. Aku bisa melihat aura ketulusan dari cara da menanggapi dan membantuku. Seolah-olah kami sudah sangat lama saling mengenal. Meskipun terkadang kebodohannya membuatku kesal. Tapi itu terlihat natural.

Dia pria yang baik.

Yang terkadang memperlakukanku seperti teman, terkadang seperti musuh. Dan sikapnya tadi siang saat di padang rumput sabana, ia memperlakukanku seperti seorang kekasih. Entah firasatku benar atau tidak―kalau Han juga menyukaiku. Terus terang aku mulai terhipnotis oleh hatinya. Aku punya banyak teman pria, kebanyakan dari mereka sudah kuanggap seperti saudara sendiri. Memeluk mereka adalah hal yang sering kulakukan. Akan tetapi entah mengapa, aku merasa berbeda saat pria itu memelukku.

Tubuhnya seperti memiliki magnet yang menarikku dengan sangat kuat. Terasa sangat nyaman berada di dalam dekapannya. Ini seperti―sebuah hasrat yang meluluhkan keegoanku. Saat aku menempelkan daguku di balik bahunya, Sebentar saja aku bisa merasakan sensasi sempurna di dadaku. Semua beban dan permasalahan tak terlintas sedikit pun di kepalaku. Yang kurasa hanyalah kesejukan, ketulusan, bahkan sesuatu yang sedikit intim. Aku tidak mengerti gambaran seperti apa lagi untuk mengungkapkan itu semua. Lebih dari sekadar halusinasi semata. Karena aku yakin ini adalah perasaan yang lebih dalam. Merengkuhku dalam harapan baru yang kuyakini.

Terlalu banyak hal yang kupikirkan sedari tadi. Soal Nouvie, Rio dan Han. Aku tertidur sebentar lantaran lelah. Dengan setelan jok 140 derajat, punggungku butuh sedikit di luruskan agar tidak kaku. Aku membuka mataku sesekali. Han masih fokus menyetir sambil menghisap lollipop, mungkin aku harus menyetok lebih banyak lollipop di dalam tas.

Suara musik masih mengalun meski volume-nya pelan. Aku melirik jam tangan, sudah jam 20.30 malam ternyata. Untung saja aku sudah menjamak sholat isya saat maghrib tadi. Maka aku tidak perlu gelisah. Kunyalakan smartphone untuk mengecek tracker, seketika cahaya dari layar membuat mataku silau. Kami sudah melewati kota Sigli satu jam yang lalu. NamunGPS Nouvie masih bergerak, meski sangat pelan.

"Kamu udah bangun?" tanya Han dengan suara aneh lantaran lollipop itu mengganjal di mulutnya. "Apa kamu lapar?"

Aku menanggapinya dengan senyum kecil sambil membuang napas kasar. "Lapar? Entahlah, aku udah lupa gimana rasanya lapar."

Tiba-tiba mata Han menyorot padaku. "Apa efek spinal cord-mu juga bikin kamu ngga bisa merasakan lapar?"

"Kurang lebih begitu. Aku hanya bisa me-maintenance nutrisi tubuhku lewat daftar yang ditentukan." Ah, sudahlah Han. Aku tahu kamu iba padaku, lihatlah wajahmu yang berubah murung itu. Untung saja aku bukan tipe orang yang mudah tersinggung.

"Itu artinya kamu mengatur pola makanmu dengan sangat baik selama ini. Kamu terlihat sangat fit."

"Untungnya aku mantan atlet, jadi udah terbiasa dengan menu diet yang serba hambar."

THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang