Kasih VOTE 🌟🌟dulu donk... BONUS Comment apalagi...
Arjuna Shanders
Malam tadi, aku melihat suasana hati Almira tampak tidak baik karena kedatangan pria itu. Yang kudengar dari Hanna dan Emi, namanya Levin. Mereka menjulukinya Plankton. Dan aku tertawa saat mereka membicarakan usaha pria itu untuk mengambil hati Almira. Aku senang ternyata ia punya penggemar juga, tapi aku tidak senang mengetahui kalau Almira tidak bisa membuka hatinya untuk pria mana pun. Itu adalah masalah terbesar yang harus kuhadapi.
Pun, Malam tadi, kulihat Almira tampak sangat marah dan kesal. Aku ingin sekali menghampirinya dan mengobrol tetapi suasana agaknya tidak mendukung. Jadi aku harus rela melihatnya masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya. Tidak muncul lagi, meskipun suara nyanyian teman-temannya sangat berisik. Meski Dian memainkan gitarnya mengiringi lagu kopi dangdut dan berhasil membuat kami berjoget ria, berdansa dengan dua gadis lucu dan manis. Aku yang paling tua di situ, mereka saja memanggilku 'om'. Namun aku tidak mempermasalahkannya karena setidaknya aku berhasil mendekati mereka dan mencuri sedikit informasi tentang Almira.
Siang ini aku berkeliling desa. Tidak berkeliling sebenarnya, hanya modus agar jika Almira menanyakan aku pada teman-temannya, ia tidak curiga.
Almira ada di halaman depan ketika aku lewat depan rumahnya. Sedang memegang gala berusaha mengambil buah mangga bersama Rio. Aku memperhatikannya dari jarak yang tidak dapat ia lihat.
"Yang sebelah situ, tante ... ke kiri sedikit." Rio melompat-lompat agar Almira mengikuti arahannya. Tapi gala yang ia gunakan tidak cukup panjang untuk meraih mangga tersebut. "Sini biar Rio aja, Tante."
"Udah Rio tenang saja, dikit lagi pasti dapat, nih. Atau yang lebih rendah aja cari, gih." Almira menyerah dan mencari mangga yang lebih rendah yang bisa diambil. "Nah, itu tuh!" Tetap saja galanya tidak sampai.
Tanpa berpikir panjang, aku menawarkan bantuan padanya karena kulihat ia sedikit kesulitan meraih buah mangga di atas sana.
Aku muncul dari balik punggungnya lalu memegang gala tanpa persetujuannya. "Kamu kan bisa berteriak jika butuh bantuan," kataku dengan kepala mendongak ke atas.
Ia memberiku sapaan dingin. "Buat apa kamu ke sini? Aku nggak minta bantuan kamu." Ah, Almira masih saja bersikap ketus padaku. Itu justru membuatku semakin penasaran untuk mendekatinya.
"Bundaku bilang, nggak baik membiarkan seorang gadis kesulitan. Harus ada pria yang membantunya agar menjadi mudah." Aku melirik ke bawah, tangannya yang dari tadi kuat memegang gala sepertinya sudah kelelahan dan menyerah akhirnya—beralih pada kedua handel rodanya mundur. Aku tersenyum. Meneruskan usahanya hingga mendapat tiga buah mangga matang. Rio bersemangat mengumpulkan.
"Makasih ya, Om," seru Rio kegirangan. Sementara Almira hanya diam memasang wajah sangar.
"Sama-sama ... anak kecil ini tahu terima kasih juga, ya," sindirku.
Lagi-lagi Almira melirikku sinis. "Kalau udah selesai, pergi. Aku nggak perlu bilang terima kasih karena aku nggak minta kamu buat bantu."
Aku meletakkan gala bersandar di batang pohon mangga yang memberi keteduhan kepada kami berdua. Dengan senyum kecil, aku menelisik matanya semakin jauh dan tetap bergeming.
"Kamu masih marah sama aku?" Dia tidak menjawab dan lebih memilih pergi ke halaman samping rumahnya. Menghindar dariku. Jangan bilang aku akan menyerah begitu saja, Almira. Maka kuputuskan berjalan di belakangnya.
"Kenapa ngikutin aku? Mau kutodong senapan lagi?" Ya, aku ingat dia pernah begitu nekat melepaskan tembakan padaku, dan itu membuatku terkikik ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)
ActionACTION, THRILLER, ROMANCE Arjuna Shander, seorang agen rahasia yang ditugaskan khusus untuk mencari barang bukti kasus pembunuhan seorang Pejabat Menteri bidang Kemaritiman 6 tahun lalu yg mungkin disimpan oleh mantan atlet downhill bike bernama Alm...