Almira Freddie
Seorang laki-laki bertubuh jangkung dan kurus masuk kedalam mobil dan duduk di sebelahku. Dia pasti salah seorang anggota Bram yang ditugaskan untuk menjagaku.
Han, jangan kau pikir aku akan diam saja di dalam sini meskipun sepuluh orang laki-laki yang mengawasiku.
Laki-laki itu memandangiku dengan mulut penuh dengan kunyahan permen karet. "Namaku Lucas," sebutnya.
"Hai Lucas!" sapaku singkat. "Apa Bram yang menyuruhmu ke sini?"
Ia mengangguk. Tampak kotor dengan penampilannya yang urakan dan lengan dipenuhi tattoo. "Aku senang ditugaskan di sini. Lebih baik daripada harus bertarung mempertaruhkan nyawa di sana. Kamu tahu? Usiaku masih 26 tahun, dan aku punya ibu yang sudah tua. Jadi aku harus tetap hidup untuk ngga membuatnya mati karena serangan jantung."
"Oh, ya?" kataku merespon. "Kurasa kita hampir sebaya."
"Oh, ya? Kukira kamu masih 23 tahun."
"Yah ... hampir semua orang mengatakan hal yang sama denganmu."
Lucas tertawa lantas membuang permen karetnya keluar jendela dan menggantinya dengan rokok yang semula tergeletak di atas dasbor. Menghidupkannya dengan mancis berbentuk daun sirih. Aku tidak akan melarangnya menghisap rokok karena aku tidak peduli dengan kesehatan orang ini, sakit atau sehatnya dia tidak berdampak buruk apa-apa padaku. Untungnya paru-paruku sudah sembuh seratus persen untuk sekedar menghirup asap nikotin itu.
"Lucas, apa kamu bisa membantuku?" pintaku dengan nada manis.
"Tentu saja, apa yang bisa kubantu untukmu?" Ia mengepulkan asap rokok keluar jendela. Setidaknya dia lebih sopan dibanding dengan penampilannya.
Aku menunjukan kursi rodaku padanya. "Keluarkan kursiku dan bawa aku keluar dari sini. Sepertinya aku sedikit mual di dalam mobil terus."
"Tapi Han memintaku untuk mengawasimu di dalam sini."
"Memangnya apa yang bisa dilakukan perempuan lumpuh sepertiku selain hanya duduk di atas kursi roda? Kamu masih bisa mengawasiku di luar. Lagipula, merokok di luar lebih nikmat dibandingkan di dalam sini."
Lucas mengangguk pelan dan menuruti keinginanku. Ia mengeluarkan kursi lalu memasangkan roda di kedua sisi sesuai instruksi.
"Aku bisa merakitnya, yeah ...." Lucas bersorak girang setelah berhasil memasang kedua roda dengan sempurna seperti orang yang baru selesai menyusun lego.
"Kenapa senang sekali?" tanyaku dengan ringisan tawa kecil.
"Aku selalu senang jika berhasil membantu orang lain. Ini, duduklah!"
"Makasih."
Pistol yang sedari tadi kupegang kusembunyikan di balik jaket yang sudah lama di desain khusus untuk menyimpan senjata. Begitu juga dengan ponselku, kutaruh di dalam kantung depan jaket. Mungkin aku akan sangat membutuhkannya jika bertemu dengan sesuatu yang membahayakan kemudian dengan cepat, aku mentransfer tubuhku di atas kursi. Lucas menutupkan pintu mobil untukku.
"Lihatlah udara segar ini, Lucas. Ini terasa lebih baik daripada di dalam mobil, 'kan?" kataku sembari kedua tanganku menggelindingkan roda.
"Iya, benar. Aku juga suka mual kalau di dalam mobil terus-terusan."
Aku menelantarkan pandanganku ke sekililing. Suara keributan di jalanan sana terdengar jelas di telingaku. Mereka berteriak satu sama lain tanpa memikirkan lawan yang mereka hadapi mungkin akan mati secepatnya. Apa pun yang terjadi di sana, aku tahu Han dan para anggota Bram pasti akan menyelesaikan peperangan ini sampai tuntas, hanya tinggal menunggu hasilnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)
ActionACTION, THRILLER, ROMANCE Arjuna Shander, seorang agen rahasia yang ditugaskan khusus untuk mencari barang bukti kasus pembunuhan seorang Pejabat Menteri bidang Kemaritiman 6 tahun lalu yg mungkin disimpan oleh mantan atlet downhill bike bernama Alm...