Almira Freddie
Hari terakhir latihan. Arena olahraga tembak yang luas ini sedari pagi sudah mengeluarkan suara berisik desingan peluru yang ditimbulkan oleh pistol berbagai merk dan dari tangan para atlet paragames berbakat. Semua atlet dari perwakilan berbagai Negara, meraka yang memiliki cacat fisik yang berbeda-beda. Para pengguna kursi roda sepertiku, para pemilik satu tangan seperti Rico, para pemilik kaki yang tak sempurna—mereka semua yang serba terbatas tetapi bertekad kuat seperti halnya diriku. Sebelas atlet putri yang menjadi sainganku besok, akan kupastikan mereka menyerah dalam waktu singkat.
Mendengar sepak terjangku saja mereka merasa yakin bahwa lagi-lagi aku akan menyabet medali emas. Bahkan dengan melihatku latihan saja sebagian dari mereka hampir patah semangat. Aku tidak peduli dengan tatapan menusuk mereka, itu artinya aku semakin menakutkan. Dan aku suka setiap kali mendapati ekspresi kesal mereka.
Coach Rafael berkali-kali memujiku dengan hasil tembakan yang terlalu sempurna untuknya. Ia begitu puas melihat kemampuaku yang semakin terasah tajam. Bahkan ia malu pada dirinya sendiri yang tidak bisa seakurat itu melakukan shot.
"Tanganku ini sudah terbiasa dengan balancing, Coach! Jadi membiarkan lengan ini mengudara lama dengan beban pistol seberat 1,5 kilogram bukanlah hal yang sulit," ujarku sambil mengisi amunisi dan melakukan shot terakhir kalinya. Tanpa pertimbangan matang, aku hanya melenceng 1 mm dari titik terluar bullseye. Lagi-lagi coach Rafel berdecak kagum di belakangku. Disusul dengan decakan yang sama dari Rico.
"Kamu benar-benar hebat, Almira," puji Rico padaku. Ia meletakkan pistolnya di atas meja tembak dan mulai membereskan semua peralatannya.
"Aku kayanya udah ngga perlu khawatir. Meskipun kamu absen beberapa kali untuk latihan, tetap itu ngga mengurangi kemahiranmu menggunakan pistol. Kalau seperti ini, aku yakin kamu bakal menang dengan poin tertinggi." coach memujiku lagi. "Sudahi dulu latihanmu. Tadi Levin meneleponku dan memintaku untuk mengantarmu menjajal hal baru."
Aku membuka shoting glasses dan juga side protector yang menghalangi pandangan. Menaruhnya hati-hati ke dalam koper peralatanku.
"Menjajal hal baru?" tanyaku pada coach Rafael yang turut membantu membereskan peralatan dengan hati-hati."Dia selalu bicara kalau melihatku menembak manekin bekas menggunakan pistol kaliber 8 sampai 11 mili adalah hal baru. Padahal aku udah merusak tiga puluh manekin bekasnya sampai ngga berbentuk. Mau jajal hal baru apa lagi?"
Coach Rafael terkikik. "Kulihat tadi Levin sudah mempersiapkan manekin lagi dan menyediakan Beretta 92 untukmu. Barangkali kamu berminat untuk mencoba?"
Aku meringis sembari membuang udara dari hidungku, pistol kecil begitu—padahal tadinya aku berharap Levin akan memintaku menjajal setidaknya Stoner Rifle-25 sebagai hiburan. "Aku lagi ngga kepingin main-main, Coach. Ini sudah sore dan aku harus istirahat untuk mengumpulkan tenaga besok. Bilang ke Levin untuk menyediakanku mainan yang lebih canggih dan bermutu."
"Sudah kubilang padanya kamu ngga bakal tertarik dengan mainan kecil begitu, dia memang bodoh." Yah dia memang bodoh, hanya saja dia terlalu kaya untuk menutupi kebodohannya.
Hal yang selalu Levin jajalkan padaku jika dia punya koleksi senjata terbaru. Levin selalu minta pendapatku sebelum memutuskan untuk membeli senjata yang dia inginkan. Jika kubilang jelek, maka dia akan mengabaikan, dan sebaliknya. Aku tahu dia punya klub penembak jitu yang paling terkenal seantero negeri, tapi buat apa dia mengkoleksi begitu banyak senjata jika ia sendiri tidak mahir menggunakannya. Terkadang ia malah membagikan mainannya secara cuma-cuma kepada para anggota klub, termasuk aku. Jadi jangan heran jika aku punya berbagai macam pistol tersimpan di setiap sudut rumah dan juga isi tasku.
![](https://img.wattpad.com/cover/189688065-288-k508136.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)
ActionACTION, THRILLER, ROMANCE Arjuna Shander, seorang agen rahasia yang ditugaskan khusus untuk mencari barang bukti kasus pembunuhan seorang Pejabat Menteri bidang Kemaritiman 6 tahun lalu yg mungkin disimpan oleh mantan atlet downhill bike bernama Alm...