33rd Chapter - [Global Nation]

1.5K 301 52
                                    

Arjuna Shanders

Ini adalah hari pertamaku mengemban misi sebagai seorang captain. Aku tidak lagi menjadi penguntit rahasia untuk Almira sejak tahu bahwa ia benar-benar telah menolak diriku. Kini saatnya untuk aku fokus pada karir. Melaksanakan misi yang sudah kami diskusikan tadi malam di ruang meeting pribadi Roger.

Aku dan timku―yang terdiri dari enam agen telah berpencar pada masing-masing posisi mengawasi kegiatan Konfrensi Global Development Goal's and Activities(GDGA) yang diselenggarakan terbuka di halaman gedung Konfrensi Dunia di Bandung. Acara terbuka yang dihadiri para pengunjung yang beraneka ragam. Mulai dari masyarakat biasa hingga para penyandang disabilitas. Presiden Global Nations dr. Alfred Straimurs asal Austria meminta pemerintah Indonesia untuk membuka akses bagi para pendatang yang ingin tergabung dalam program Human Right for Disabilities agar terlibat aktif dalam penyelenggaraan konvensi.

Dr. Alfred Straimurs adalah presiden yang baru satu tahun dilantik oleh Global Nations, namun sepakterjangnya dalam mengutamakan kepentingan kaum minoritas telah menjadi sorotan tajam baru-baru ini.

Ia telah berhasil mencanangkan program pengobatan gratis penderita HIV di seluruh dunia, program asuh untuk anak-anak korban perang di Timur Tengah ―di mana peraturan bagi orang tua asuh diberlakukan standard Internasional, sehingga korelasi antara si anak dengan orang tua asuh benar-benar tercitra dengan baik dan sesuai dengan harapan masa depan mereka. Tentunya berada di bawah pengawasan World Children Society(WCS). Dr. Alfred Straimurs juga satu-satunya pejabat Global Nations yang tidak gentar dalam memerangi peredaran narkoba di belahan dunia, dan itu menjadi salah satu agenda rahasia untuk diadakannya konfrensi yang dihadiri oleh 48 negara.

Para pengunjung di halaman gedung berlantai satu itu kini sudah dipenuhi oleh para pendukung program Human Rights for Disabilities, mereka sengaja dikumpulkan dari berbagai Negara Asia untuk bersama-sama meraih suara pada forum GDGA, menyoroti banyak aspek seperti mengklarifikasi dan mengkualifikasikan bagaimana semua kategori hak berlaku bagi penyandang disabilitas serta mengidentifikasi bidang adaptasi dalam menggunakan hak-hak mereka.

Aku berdiri mengawasi bagian utara luar gedung, terkadang berjalan ke sana kemari memastikan bahwa semuanya aman terkendali. Jhon kuperankan sebagai seorang warga sipil yang menjadi pengunjung. Satu anggota―Tiger Two―kutempatkan di titik paling depan pintu masuk. White Horse―seorang anggota baru berumur 26 tahun―kutempatkan di sisi barat, berkoordinasi dengan para pengaman dan personil polisi untuk berjaga. Eagle Eyeagen berparas cantik campuran Indo – Jerman yang sukanya berbaur dengan pria―kuposisikan di bagian dalam gedung untuk memantau. Dan satu lagi agen yang baru terjun ke lapangan―Snow Whiteahh, name code itu sama sekali tidak pantas untuknya. Triana, ia bersikeras menggunakan name code menjijikkan itu dan menganggap dirinya secantik putri dongeng yang sama sekali mustahil untuknya. Ahh, terserah dialah, asalkan dia bersedia kuperankan sebagai wanita gemuk tunanetra untuk berbaur dengan para disabilitas yang hadir. Meskipun ia sempat menggerutu, aku tidak peduli.

"Leopard, melaporlah!" kataku melalui earloops yang terus melekat di telinga. Mataku menerawang seluruh area yang bisa kujangkau dibalik topi hitam.

"Safe here!" jawab Jhon singkat.

"Kamu ngga tanya aku, Lion One?" Suara Triana tiba-tiba masuk. Aku terkikik mendengarnya, yang pasti, ia hanya bisa duduk diam dengan kacamata hitamnya dan tongkat yang basah karena keringat.

"Tetaplah di situ dan awasi semua pengunjung dari balik kaca mata hitammu, Snowarkhhh aku malas melanjutkan name code-mu," gerutuku meledek. Suara cekikikan Jhon juga terdengar sama sarkasnya.

THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang