14th Chapter - [Terror Message]

2.3K 389 228
                                    

Almira Freddie

Melihat kasur, rasanya senang sekali begitu Aisyah mengantarku sampai ke kamar. Aku mendekatkan kursi ke tepi kasur untuk berpindah. Namun sebelum itu terjadi, aku membuka ponsel yang berbunyi bip, itu suara tracker GPS Nouvie. Betapa terkejutnya aku saat mengetahui bahwa GPS tersebut sudah tidak aktif. Sinyal hilang. Tidak ada tanda apa-apa lagi. Seketika aku panik. Segera aku keluar kamar dan mencari keberadaan Han.

Aku melihat pria itu sedang berbaring di sofa depan tivi, ia memainkan smartphone-nya yang terlihat memaksa karena bolak-balik benda itu terlepas dari genggamannya lantaran mengantuk.

"Han!" panggilku. Ia pun terhenyak lalu duduk. Mengucek matanya agar penglihatannya jelas.

"Kenapa kamu nggak tidur? Ini sudah jam 12 malam."

Aku menunjukan layar smartphone pada Han, aplikasi tracker nya terpampang jelas. "Sinyal GPS nya menghilang."

Ia merebut smartphone dari tanganku dan memperhatikannya lebih seksama. "Bagaimana bisa?" Han mengotak-atik layar ponsel, berusaha mengaktifkan kembali sinyal GPS. "Coba di-restart dulu." Ia menyerahkan kembali padaku.

Aku mengikuti sarannya dengan me-restart smartphone selama beberapa detik. Setelah kembali menyala, aku membuka aplikasi tracker kembali tapi tetap pada kondisi yang sama. Tidak ada perubahan.

"Tetap ngga bisa, Han," keluhku menunjukkan wajah cemas pada Han, "Gimana ini?"

Pria itu tampak mencoba berpikir. "Aku khawatir itu adalah ulah Danggo atau Darman. Bisa saja mereka yang merusak kalung Nouvie."

"Itu artinya Nouvie sedang dalam bahaya. Gimana kalau sampai mereka membunuhnya?"

"Ssst... jangan bicara begitu, Ra."

"Aku takut terjadi apa-apa padanya ...."

"Darman ngga mungkin membunuhnya. Mereka bisa kehilangan mangsa baru kalau Nouvie ngga ada."

"Bisa saja mereka mencari wanita lain yang menggantikan tugas Nouvie."

"Ngga mungkin secepat itu." Han memegangi kedua bahuku. Menatap mataku lurus. "Tenanglah...Aku akan pikirkan cara supaya kita bisa melacak jejaknya."

"Dengan apa?" tanyaku ragu. Memastikan padanya bahwa, aku tidak punya alat apa-apa lagi selain kalung GPS yang mulia itu.

"Jika memang benar yang dikatakan Nouvie kalau mereka menuju pelabuhan, aku bisa meminta temanku yang seorang polisi untuk melacak keberadaanya lewat plat mobil mereka."

Mataku berbinar, ya... Han adalah putra kelahiran Aceh, tentu dia punya koneksi aparat di kota ini. Akhirnya, ada secercah titik terang kulihat dari mata pria ini. "Kamu ingat nomor platnya?"

"Tentu saja! BK 8766 XX." Aku menaikkan alis dengan ekspresi kagum. Tak kusangka Han sedetail itu pada hal-hal kecil. "Kamu pasti bertanya bagaimana bisa aku hafal plat mobil mereka 'kan?"

"Ya ampun, Han. Setidaknya aku masih bisa tidur malam ini."

"Kamu memang harus tidur. Karena aku ngga mau bawa gadis berwajah zombie di dalam mobilku." Aku terkikik kecil. "Aku akan menghubungi temanku via WA. Serahkan ini semua padaku."

"Jadi sekarang kamu yang memberi komando?"

"Memangnya kamu ngga rela menyerahkan jabatanmu ini, Nona?" Han menyengir sombong padaku. "Pergilah ke kamarmu dan tidur. Wajahmu itu sudah lelah. Kita harus mempersiapkan energi untuk menghadapi hari esok."

Aku diam. Menyembunyikan wajah cemasku dari Han.

"Kenapa diam saja? Atau kamu ingin kutemani tidur supaya bisa lebih tenang?"

THE LADY HAMMER (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang