1. Ganti Rugi ✔️

3.7K 54 2
                                    

"Huft ... tugas kimia akhirnya selesai juga." Tyara menaruh buku kimia di atas buku tugas lainnya dan mulai mengabsen tumpukan buku yang telah ia selesaikan.

"Kimia udah, sejarah indonesia udah, biologi udah, matematika udah, fisika udah." Tyara tersenyum pada tumpukkan buku tugasnya yang tertumpuk rapih di hadapannya. Tyara menatap kalender bewarna toska di hadapannya. Menunjukkan tanggal 12 yang di lingkari spidol biru olehnya. "Alhamdulillah, tugas udah beres semua dan sekarang tanggal dua belas itu tandanya drama korea kesukaan gue update yuhuuuu ...."

Kuruyuk ....

Tyara meremas perutnya yang baru saja berkokok nyaring. Dirinya berjalan lunglai menuruni tangga dengan sisa tenaganya yang masih ada. Setelah sampai di dapur, bola matanya menyapu seluruh penjuru dapur. Akhirnya, pandangannya menangkap sebuah tutup saji yang berada di atas meja makan. Ia pun mendekati benda itu.

"Hah! Air putih doang?! Aish," ucapnya kesal.

Sudah beberapa menit dirinya berkeliaran di dapur seperti hewan yang sedang mencari mangsa. Tetapi, ia tak berhasil menemukan satu macam pun yang bisa dirinya makan untuk mengganjal perutnya saat ini.

Dengan berat hati Tyara meninggalkan dapur dan melangkahkan kaki menuju ruang santai di mana tempat itu yang selalu menjadi tempat keluarganya berkumpul. Tyara merebahkan dirinya di sofa.

"Mah! Mah! Mamah? Bang Revan? Pah? Aish, kenapa rumah sepi banget, sih?!"

Suara di perut gadis itu semakin sering bergemuruh. "Malangnya perutku sayang." Tyara mengusap-usap perutnya layaknya seperti ibu hamil.

"As ... STAGFIRULLAH HAL ADZIM!" teriak seorang laki-laki saat dirinya baru mendorong pintu rumah.

Tyara segera menengok ke arah asalnya teriakkan itu. Ia mendapati kakak laki-lakinya yang sedang berjalan cepat mendekatinya dengan raut wajah mengkerut.

"Kenapa muka Bang Revan kayak baru pertama kali liat cewek cantik binti imut gini, sih? Padahal, tinggal satu atap lho, Bang. Ada yang salah dengan mata Bang Revan selama ini?"

Seketika raut wajah Revan menjadi datar dan berpura-pura mual, saat mendengar adiknya dengan percaya diri memuji dirinya sendiri.

"Ra?! Jangan bilang lo ...."

Tyara menatap Revan dengan raut wajah bingung.

Revan menunjuk perut Tyara dari kejauhan. Tyara menundukkan kepalanya ia merasa tak ada yang salah dengan perutnya, kecuali rasa lapar yang membara di dalamnya.

"I-i ...."

"I-i ... apaan, sih? to the point aja lah, Bang!"

"ISI?!" Revan menyatukan kedua tangannya di dada dan menggerakan setengah lingkaran ke bawah.

"WOY!" Tyara terlonjak dari posisi duduknya. "Sembarangan lu, Bang. Pikiran Abang gila kalik, ya? Yara gak pernah ngelakuin apa yang ada di pikiran Abang sekarang. Nauzubillah, amit-amit jabang orok." Tyara bergidik jijik dan mengetuk-ngetukkan tangannya di kepala-meja-kepala-meja.

Revan mengelus dadanya, lega. Ia menghampiri adiknya dan mengacak rambut Tyara pelan. "Huftt ... alhamdulillah, adikku masih suci."

Tyara memutarkan bola matanya malas dan bergeming kesal.

"Habis tadi Yara ngelus-ngelus perut Yara sambil ngobrol sendiri, kayak ada dedenya." Revan cengengesan yang langsung dapat tatapan maut dari adiknya.

"Idih, Abang baper! Yara tuh laper, Bang. Abang dari mana? Terus ini penghuni rumah pada kemana, coba?"

12 (Masa Lalu Dan Masa Depan) [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang