••
•
Kahfi POV
"Kahfi kenapa nggak pergi ke masjid?"
Tiba-tiba di tengah lamunan. Aku tersadar oleh panggilan Umi.
Aku gelagapan tak jelas, sembari menutupi layar ponselku."Eh ... Umi, iya Mi, ini lagi mau berangkat," jawabku sembari melihat arlojiku.
"Ya udah sana pergi. Hati-hati ya nak." ujar Umi.
"Iya mi. Assalamu'alaikum," ucapku lantas berlenggang pergi menuju masjid setelah Umi menjawab salam dariku.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17:35. Pantas saja umi menanyakan hal itu. Memang benar adanya bahwa aku selalu pergi ke Masjid selalu pukul 17:30. Ya, tiga puluh. Bahkan, hal sekecil itu saja Umi sangat memperhatikanku.
Telat lima menit saja Umi bertanya. Sebab, aku selalu menjemput beberapa teman kompleksku untuk pergi bersama ke Masjid. Memang sudah menjadi rutinutas di setiap hari.Aku berjalan kaki menuju rumah temanku. Satu, dua, dan tiga teman sudah kujemput lantas kini kami sudah duduk di dalam Masjid. Membersihkan masjid lalu tilawah bersama-sama. Biasanya, satu minggu sekali masjid kami selalu mengadakan rapat RISMA. Aku ditunjuk menjadi ketuanya.
Ya, inilah aku.
Muhammad Kahfi Raffasya. Seorang cowok biasa yang tidak bisa diam di rumah walau di hari libur sekali pun. Bukannya apa, tapi, aku memiliki tanggung jawab yang cukup besar juga cukup banyak. Baik yang diberikan di dalam lingkup sekolah maupun di lingkup masyarakat sekitar rumah.Aku mengemban amanah besar di sekolah sebagai ketua Rohis, Wakil ketua Osis, ketua kelas, vokalis hadroh dan juga kapten basket. Eit, tetapi semua itu bukan berarti gila jabatan! Jujur saja. Aku tidak pernah menginginkan semua itu kecuali sebagai ketua Rohis. Selebihnya aku selalu diajukan oleh semua teman-temanku, bahkan guru pun banyak yang mendukungku. Entah lah, kenapa begitu.
Kini aku sudah duduk manis di dalam kamarku selepas melaksanakan sholat isya berjamaah di masjid. Aku duduk sembari terus menatap layar Ponselku. Aku bingung, haruskah aku mengirimkan pesan lewat WhatsApp kepada Arsya.
Arsya hebat!
Dia adalah satu-satunya hadis yang aku minta nomor handphonenya. Aku tidak pernah menjatuhkan harga diriku sebagai seorang cowok untuk meminta nomor lawan jenis yang tidak ada kepentingannya denganku. Yah, aku memang tidak biasa untuk mengirim chat terlebih dahulu kepada seorang akhwat, kecuali dalam hal yang mendesak. Apalagi, sampai chatan dengan akhwat.***
Arsya POV
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
SpiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...