Sudah memasuki tiga hari ini Dzikri duduk di bangku kelas sebelas IPA dua.
Ia sudah mengambil keputusan yang matang dari jauh hari---sebelum ia masuk sekolah---untuk meneruskan beberapa esktrakulikukernya yang dahulu sudah terhenti di SMAN 55 dan akan ia lanjutkan di SMAN 22. Sudah pasti ia akan masuk Rohis dan akan menjadi anggota Rohis SMAN 22.
Kini bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit lalu. Dan seperti biasanya---masing-masing esktrakulikuker---selepas pulang sekolah menempati tempat eskulnya masing-masing. Sama akan halnya dengan eskul rohis.
Kini seluruh anggota Rohis sudah berkumpul di masjid Al-Hayyu SMAN 22. Sama seperti saff sholat, ikhwan pasti di depan dan akhwat di belakang.
Namun, untuk pertama kalinya suasana rohis cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Kini, sudah ada satu orang ikhwan yang duduk berdampingan bersama Kahfi.
Shafa selaku pembawa acara pun mulai membacakan susunan acara. Dan kini, beralih pada Kahfi yang membuka acaranya.
"... Baiklah, sebelum kita lanjut ke acara selanjutnya di sini kakak mau ngasih tahu ke kalian semua kalau rohis kita kedatangan anggota baru," ujar Kahfi setelah sebelumnya ia membuka.
Semua pandangan menatap ke arah ikhwan yang di maksud Kahfi. Jelas, itu hanya beberapa detik saja. Sebab, akhwat---anggota Rohis pun tetap menjaga pandangannya.
Kahfi tersenyum hangat seraya memberi mic kepada ikhwan itu.
"Baik, silahkan memperkenalkan dirinya ya kak, walau pasti sudah pada tahu semua... Hehe," ujar Kahfi secara terkekeh kecil di akhir kalimatnya.
Untuk kali ini memang Kahfi membuka acara tidak terlalu formal. Iya hanya tidak mau jika suasana terlalu canggung jika anggota berhadapan dengan Dzikri.
Ya. Dialah Dzikri Ahmad Al-Ghazali.
Dzikri pun hanya membalas ucapan Kahfi dengan senyuman.
"Baik sebelumnya, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...," salam Dzikri pada semuanya.
Semua menjawab dengan serempak.
Dzikri pun mulai memperkenalkan namanya kembali. Bahkan, untuk kali ini ia lebih percaya diri untuk membagi pengalamannya pada teman-teman barunya.
Di tengah-tengah Dzikri memperkenalkan dirinya tak sengaja ia menatap Arsya yang juga menatapnya.
Namun, dengan cepat Arsya membuang arah pandangnya.
Sesudah Dzikri bercerita cukup panjang, kini acara berjalan seperti biasa. Lantas, kegiatan esktrakulikuker itu pun usai ketika waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
Kini Dzikri tengah mengendarai motornya seperti biasa. Ketika ia melewati jalan---yang beberapa hari lalu---tiba-tiba ia teringat akan anak kecil dan teman-temannya yang menurut Dzikri itu sebuah gubuk kecil. Dengan cepat ia menghentikan motornya di gang kecil dan ia mendatangi gubuk itu.
Ketika Dzikri sampai di sana, semua anak-anak tengah terduduk lemas dan banyak yang memegangi perutnya.
"Assalamu'alaikum...,"
"Wa'alaikumussalam..."
Pandangan Dzikri menjadi nanar seketika tatkala melihat pemandangan yang tak mengenakkan di depan matanya.
"Kak Dzikri?!" Haikal yang mengingat Dzikri itu pun berlari cepat menuju Dzikri.
"Apa kabar kak? Haikal rindu lho," ujarnya seraya menyalimi Dzikri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
EspiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...