32. Perdebatan Dzikri Dan Arsya

181 22 5
                                    

Lampung, 08 April 2020

***

"Di Dunai ini, bukan cuma perempuan aja yang mengikutsertakan hatinya dalam bertindak. Laki-laki juga sesekali akan menggunakan hatinya saat bertindak. "

-Dzikri Ahmad Al Ghazali-

***

   Pada pagi yang sangat cerah. Kini kelas dua belas IPA dua tengah melakukan stretching sebelum olahraga.

  "Satu... Dua... Tiga..." kini ketua kelas mereka tengah menghitung.

   "Woi...!!" suara dari seseorang mampu membuat semua kepala menoleh ke sumber suara.

   "Pak Hevi engga masuk, jadi olahraga kita bebas gengss," seru Doni----salah satu anggota kelas mereka.

   Banyak yang mendesis berat ketika mendengar itu. Namun sebagian anak cowok justru senang karena mereka bisa bermain futsal tanpa adanya materi olahraga.

   Yang jelas para perempuan IPA dua-lah yang mendesis sebal. Dengan alasan mereka sudah mengganti pakaian seragam dengan kaos olahraga. Itu sama saja, mengotor-ngotori pakaian mereka. Padahal peraturan sekolah tidak mengizinkan belajar di kelas dengan kaos olahraga.

   "Yah.. Males mau ganti lagi lo.... " eluh Zahra.

   "Aelahhh pak bambang laksonoooo, gemes dah gue..." ujar Dinda.

   "Emang di sekolah kita ada guru baru ya?" tanya Reisya polos.

  "Enggak ada lah,"

   "Lah, tadi lo ngomong gitu, pak Bambang Laksono, itu siapa dong?"

   "Iya itu maksud gue, pak Hevi cekunahhhhh," dramatis Dinda.

   "Bener-bener deh ya lo itu. Ngapain lo ganta-ganti nama gue jadi cekunahh... Dan sejak kapan pula pak Hevi ganti nama jadi bambang," sewot Reisya.

   Arsya yang melihat mereka berdebat hanya memberi isyarat kepada Zahra untuk pergi dari sana. Keduanya sama-sama malas untuk menyaksikan perdebatan yang unfaedah antara Reisya dan Dinda.

  Arsya dan Zahra memilih untuk duduk saja. Di bawah pohon cemara yang rimbun. Mereka lebih memilih untuk duduk berdua, melihat permainan futsal cowok.

   "Sya, Za... Kalian engga ikut main bakset?" tanya Ana dan Yanti, salah satu anggota kelas mereka juga. Mereka memandangi lapangan basket yang dipenuhi anak cewek. Kali ini, mereka ingin bermain basket, daripada rebahan di kelas.

   Bosan jika harus di kelas terus, kata mereka tadi. Dan bergegas main basket.

   "Engga, lagi pengen duduk aja di sini." ujar Arsya.

   Dan keempatnya pun bercengkrama bersama. Sampai tiba-tiba datang Dinda dan Reisya yang kembali merecoki suasana dengan membawa perdebatan mereka yang lebih meluas kemana-mana.

   "Hei.. Hei.. Sini sini,"

    "Oper.. Oper, gue."
  
    "Dzik... Gue Dzikri...!!"

Kurindu Baginda✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang