"Kita pesilat bukan
penjilat, yang takut sama penjahat."-Muhammad Kahfi Raffasya-
⏳⏳⏳
Tanpa menunggu ba-bi-bu dari semuanya. Kahfi sudah melajukan motornya dengan kecepatan tinggi menuju tempat di mana yang sudah diinformasikan padanya.
Di belakangnya pun ada Angga dan ke empat sahabat Arsya yang mengikutinya dari belakang. Angga mengendarai motornya. Melajukan motornya dengan sedikit cepat untuk menyamai Kahfi namun tetap mengimbangi ke empat wanita itu yang mengendarai mobil milik Dinda.
Kahfi melajukan motornya seperti kesetanan. Wajahnya penuh murka. Namun, hampir saja ia jatuh tatkala ia memberhentikan motornya secara tiba-tiba.
Allahuakbar... Allahuakbar...
"Astagfirullah'haladzim...," desis Kahfi ketika ia hampir saja terjatuh ke depan.
"Alhamdulillah... Udah adzan, ya Allah... Hampir saja aku kelewatan sholat ashar karna amarah ini," monolognya sembari membalikkan arah motornya menuju masjid.
MasyaAllah Kahfi... Nggak sia-sia gue punya temen kayak lo. Inilah yang perlu gue contoh dari lo. Lo tetap mentingin Allah di atas segalanya. Walaupun dalam keadaan marah pun, lo masih inget sama kewajiban lo, Angga membatin dalam dirinya ketika melihat Kahfi yang kini sudah memasuki pekarangan Masjid.
"MasyaAllah... Akhi Kahfi yah, meleleh hati adek bang..., bisa-bisanya dia tu masih sholat ketika dalam keadaan marah gitu. Uh, calon imam yang baik." celetuk Dinda tiba-tiba sambilan menekan-nekan setir mobilnya.
Sontak, Zahra dan Reisya berdelik dan menonyor kepala Dinda. "Hidih.. Najis...!! B aja kali, inget kata Arsya, sholat itu udah jadi kewajiban. Huuuuu...," semprot ke dua sahabatnya.
Berbeda dengan Shafa yang melihat ke arahnya. "Sholat itu emang udah kewajiban Din. Kalau kak Kahfi gitu, ya wajar-wajar aja karna itu emang udah jadi kewajiban dia sebagai ummat muslim. Engga ada yang istimewa dari dia." seru Shafa tiba-tiba.
Dinda, Reisya dan Zahra pun saling bertatap muka. Lantas, mereka saling angkat bahu acuh. Memang benar nyatanya, jika Shafa sahabat Arsya. Namun, bukan sahabat dari ke tiganya. Maka dari itu, wajar saja jika mereka tidak seberapa dekat dengan Shafa. Begitu sebaliknya.
"Maksudnya engga ada yang istimewa dari kak Kahfi apa ya Shaf?" tanya Zahra.
"Ya___,," Shafa nampak berpikir akan jawaban yang hendak ia lontarkan. Namun, seketika ia sadar akan ucapan sebelumnya. "Eh, engga engga.. Bukan itu maksudnya. Ah, udah lah, hayu kita ke Masjid. Siapa tahu hati kita tenang juga kak Kahfi engga marah lagi," ujar Shafa.
Setelah itu mereka pun tidak ada yang bersuara lagi. Sampai pada mereka sholat.
"Ngga," panggil Kahfi setelah mereka selesai sholat.
"Udah nggak usah minta maaf, gue maklumin lo kok." jawab Angga seraya bersalaman dengan Kahfi.
"Makasih ya, udah mau bantuin gue. Dan, ya sabar sama sifat gue yang buruk kayak tadi," ujar Kahfi yang diakhiri tawa renyah di akhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
EspiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...