21. Diary Arsya

279 28 8
                                    

**

"Aku siap ya Allah... Kini aku siap."

-Danisya Arsya Baihaqie-

***

Dzikri POV

   Sudah tiga minggu ini Arsya berada di ruangan ICU. Setelah sang ibu melewati masa kritis------yang dahulu difonis dokter umurnya yang tidak panjang------kini justru ia sudah kembali pulih. Bahkan, tumor yang dideritanya pun sudah hilang dengan sendirinya sebelum dioperasi.

   Sampai-sampai semua orang------termasuk dokter------ sekalipun sangat  bingung sekaligus takjub,  jarang sekali keajaiban itu datang secara tiba-tiba.

   Rumah Sakit itu pun menjadi gempar akibat berita langka itu. Selang satu hari ibunya hendak dioperasi, justru Arsya yang masuk Rumah Sakit. Ketika Arsya masuk ruang UGD-------sebelum dipindahkan di ruangan ICU-------maka seketika itu tumor sang ibu hilang dengan sendirinya.

   SubahanAllah...
Tidak ada lagi yang memberikan semua itu selain daripada Allah Azza Waj'ala.

   Namun, baru selesai berduka, keluarga sudah menerima duka yang jauh lebih pahit. Anak, adik, cucu, kakak, keponakan, dan sang sahabat yang mereka sayang kini harus terbaring lemah tak sadarkan diri di dalam ruangan itu.

   Tidak ada satu pun keluarga yang menerima kenyataan itu. Semua pria jahat itu sudah mendapatkan hukuman walau belum setimpal. Tidak ada satu pun yang berhasil lolos dari aparat kepolisian.

   Setelah menembak Arsya. Pria itu hendak kabur, namun dengan cepat aku mengejarnya. Sedikit adu kekuatan antara kami berdua sebelum akhirnya pria itu kalah namun tetap berhasil lari. Naas! Baru beberapa langkah ia lari dariku, kakinya sudah di tembak oleh polisi.

   Lepas dari mereka yang berhasil di ringkuk oleh polisi. Tubuhku seketika lemas tak berdaya. Rasanya seluruh tubuhku seakan tercabik-cabik. Why? Bagaimana mungkin, seorang wanita muda disiksa dengan sangat keji hingga wajahnya tak dikenali lagi. Jujur saja, kebodohanku saat itu adalah aku mengira Arsya sudah pergi. Ah, betapa bodohnya aku!

   Aku berjalan dengan tertatih menuju tempat Arsya. Belum ada yang berani menyentuhnya------sekalipun ke empat sahabatnya yang sengaja aku beri tahu tentang semua ini------kecuali polisi.

   Entah kenapa hatiku merasakan kesedihan yang teramat luar biasa. Entah bagaimana caranya wanita itu terkapar tidak sadarkan diri di atas sajadah dan tengah memakai mukennya. MasyaAllah... Siapakah sebenarnya sosok wanita di depan ku saat itu. Sejenak aku mengakui jika ia adalah bidadari surga yang Allah kirimkan di Dunai ini.

   Dia sholat! Dia sholat! Dia sholat!
Ya Allah.... Aku terus memikirkan wanita itu. Nafasku saat itu benar-benar sesak rasanya. Dan aku pun menangis seketika tahu jika polwan mengatakan Arsya masih hidup.

   Kini aku tengah menjenguknya bersama kak Kahfi dan beberapa anggota Rohis yang belum menjenguknya. Sebab, berita tentangnya seketika menyebar luas. Hampir semua siswa dan siswi di SMA menjenguknya termasuk guru pastinya. Namun, berita ini tidak disebarluaskan ke media. Tidak ada wartawan-wartawanan. Semua ditutup rapi-rapi sesuai keinginan ayah Arsya. Alasannya, beliau tidak ingin banyak dendam setelah ini. Alasan selebihnya, aku pun tidak tahu.

   "Saya nyesel! Nyesel senyesel-nyeselnya engga ada di sini!"

   Mataku menatap kak Kahfi yang kini tengah duduk di sampingku. "Sudahlah kak, mau bagaimana lagi, semua udah terjadi," ucapannya yang berulang kali sudah membuatku mengerti maksudnya.

Kurindu Baginda✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang