Lampung, 21 April 2020
***
"Jika memang setelah sekian banyak masa yang menyudutkanku ke jurang, belum juga aku tiada. Mungkin, hari ini adalah waktunya aku tiada."
-Danisya Arsya Baihaqie-
***
Disini lah Arsya sekarang. Di tempat yang entah berantah. Yang jelas ruangan di sini benar-benar gelap. Tak seorang pun yang mengetahui jika Arsya tengah ada di sini.
Gadis manis itu sudah tidak sadarkan diri selama delapan jam. Pengaruh obat bius itu benar-benar kuat.
"Mi, kapan dia bangun? Ini udah jam dua belas lho," Ada suara di balik kegelapan itu. Yang jelas itu suara wanita.
"Tunggu sebentar... Apa kamu engga bisa sabar!" seru wanita yang satunya.
Perlahan tapi pasti mata yang sedari tadi setia terpejam kini terbuka.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
"ASTAGFIRULLAH....!!" pekik Arsya, ia terkejut ketika membuka matanya dan tepat di depan wajahnya ada wajah yang benar-benar buruk rupa.
Banyak wanita yang tertawa mendengar pekikan Arsya.
"Hidupkan lampunya!" titah seorang wanita.
Srakkk
Ternyata wajah buruk rupa yang Arsya lihat tadi adalah topeng yang dipakai oleh wanita itu.
Arsya belum mengerti maksud semuanya. Ia baru saja tersadarkan dari tidur yang cukup panjangnya.
Lampu telah dihidupkan. Nampak lah banyak wanita di sekeliling Arsya. Semua mereka berpenampilan sangat menyeramkan. Pakaian yang acak-acakan dengan warna serba hitam dan merah. Dan dari sekian banyak mereka, Arsya sangat ingat jika ada empat orang wanita yang membekap mulutnya tadi sore.
Arsya langsung mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Siapa kalian?!" tanya Arsya yang benar-benar panik saat itu. Ia terbelalak melihat semuanya.
Ia sadar, kini ia tengah diculik oleh empat wanita tadi sore. Ingatan Arsya langsung mengingatkannya pada kejadian di mana ia disekap oleh Anton beberapa bulan lalu. Hampir persis seperti ini, di ruangan besar. Namun sepertinya ini ruangan lebih seram dari ruangan saat itu.
Apakah begini nasib seseorang yang berusaha menegakkan kebenaran dan keadilan akan selalu mendapatkan rintangannya?
Jawabannya Iya!!! Mengingat bagaimana perjuangan para Nabi terdahulu sampai Rasulullah Saw., dan para sahabat lainnya ketika memperjuangkan kebenaran atas agama. Tak sedikit bagaimana sosok-sosok mulia itu selalu mengorbankan semuanya bahkan nyawa sekalipun.
"Selamat datang baby," sapa salah satu wanita itu.
Arsya menelan salivanya dengan susah payah. Bagaimana tidak, wanita itu berbicara sedemikian rupa dengan memoleskan pisau kecil pada wajah Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
EspiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...