13. Kurindu Baginda

284 27 3
                                    

>> Sungguh tak ada yang lebih indah di Dunia ini selain ujian dari Allah kepada hambaNya <<

-Artika Adelia-

........

Arsya POV

   Kring... Kring... Kring... Kring...

   Bel pulang sudah menggema di seluruh penjuru sekolah. Entah kenapa untuk hari ini, rasanya aku ingin cepat-cepat pulang. Jujur, rasanya hatiku gelisah sedari jam pelajaran akhir dimulai.

   Aku melirik Reisya---yang kini tengah mengemasi buku-bukunya---Dia sangat bersemangat untuk pulang.

   Mataku sibuk memperhatikan setiap gelagatnya hingga terhenti ketika ia menatapku dengan intens.

   "Hallo... Nyonyaaa Arsya, apakah anda ingin mendaftar untuk menjadi penghuni sekolah ini?"

    Astagfirullah...!!
Gendang terlingaku rasanya ingin pecah ketika dia berteriak.

   "Ish, apaan sih Sya?!" kesalku padanya sambil menutup kedua telingaku rapat-rapat.

   "Jaga tuh suara lo Reisya, aurat."

   Sontak aku dan Reisya menatap ke arah sumber suara.

   Itu adalah Dzikri!

    "Ck... Iya akhi Dzikri," Reisya mencibir Dzikri dengan mengerucutkan bibirnya.

   Aku sedikit terkekeh olehnya. Seperti sudah menjadi hobinya jika mengganti nama seseorang wanita menjadi ukhti dan pria menjadi akhi---tatkala diingatkan tentang perkara agama. Ya, bukan hanya dia saja sebenarnya. Satu sekolah juga memiliki persepsi yang sama akan hal itu.

   Banyak dari mereka yang memiliki penilaian tersendiri tentang sebutan itu. Ukhti untuk wanita yang terlihat memakai pakaian syar'i dan Akhi untuk pria yang menjaga dirinya dari pergaulan bebas ataupun juga yang memakai jubah dan sorban.

   Sungguh disayangkan penilaian mereka salah besar. Sebab, semua wanita dan pria muslim memang sebenarnya disebut dengan kedua sebutan itu. Ukhti yang artinya saudara perempuan dan Akhi saudara laki-laki.

   "Is, Rei... Ngga boleh gitu ah," aku mengingatkan Reisya.

   Dzikri melirikku sesaat seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan senyum aneh sambilan melirik Reisya. Ah, aku tahu maksudnya. Tapi, ya lupakan saja.

   Kini aku dan Reisya tengah berjalan di koridor. Menyusuri setiap kelas dengan perasaan yang sangat tidak enak.

   "Iya ngga si Sya?"

   ".... Sya???"

   "Astagfirullah.. DANISYA ARSYA BAIHAQIE....!!!!"

   "Allahuakbar....," pekikku.

   "Ih Reisya kamu apa-apaan sih?!" jujur saja aku sangat kesal pada Reisya yang lagi lagi berteriak.

Kurindu Baginda✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang