Lampung, 18 April 2020
***
"Di saat ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Ketika kamu merasa sedih mendengar kalimat itu. Maka, balik lah kalimat itu. Agar kamu mengerti bahwa pertemuan dan perpisahan adalah satu hal yang tak pernah terpisahkan."
-Danisya Arsya Baihaqie-
***
Satu semester tidak terasa sudah berlalu. Bagi Arsya semuanya terlalu cepat terlewatkan. Tak terasa kini ia sudah memasuki bulan januari dalam semester dua. Lebih tepatnya semester akhir di mana ia menempuh pendidikan menengah atas.
Terimakasih untuk waktu-waktu
yang kini sudah aku lewati... Dengan
adanya ujian, rintangan, tantangan
dan semuanya mampu membuatku
menjadi sosok yang lebih dewasa
lagi. Menjadi pribadi yang lebih kuat
dan tangguh dalam menghadapinya.
Kini, detik ini... Aku tidak pernah
Membayangkan akan ada di titik
Ini... Dalam hitungan detik aku akan
Pergi dari titik ini dan mulai
Menempuh dunia baru. Ak--Belum sempat Arsya melanjutkan tulisan----yang ia tulis di buku hariannya----kini sudah terhentikan oleh aksi julit dari ketiga sahabatnya.
Arsya yang merasa terganggu langsung menatap tajam ke arah mereka. "Ngapain sih?" tanya Reisya ketika mereka bertiga langsung berdesakkan duduk di dekat Arsya.
Arsya langsung menutup buku hariannya. Mengganggu saja, batin Arsya. Ia memilih mendiamkan ketiganya. Kini mereka tengah duduk di taman sekolah. Diam-diam Dinda menarik buku itu dan yang berakhir kini ia membaca tulisan itu.
Arsya langsung bangun dan hendak merampas bukunya, tetapi Dinda sudah lari terlebih dahulu. "Is! Dinda kembaliin engga?!" ketus Arsya.
"Engga...," tantang Dinda.
Berhubung Arsya lagi malas meladeni tingkah Dinda---- yang kini Zahra dan Reisya juga sudah ikut-ikutan membaca buku hariannya dan langsung menjauhi Arsya.
Ketiganya cekikikan tidak jelas. Arsya hanya mendengus sebal melihat mereka. Tetapi, apa boleh buat? Ia hanya bisa duduk di bangku panjang ini. Toh, di dalam buku itu tidak ada yang aneh-aneh.
Beberapa menit kemudian barulah ketiganya datang kembali. Kali ini raut wajah mereka nampak berbeda dari sebelumnya.
Arsya menautkan alisnya, "Kalian kenapa?" tanyanya.
Hening.
Tiba-tiba Reisya, Dinda, dan Zahra saling menatap. Detik selanjutnya...
"Huweeee....." Mereka seolah menangis dan langsung memeluk Arsya erat.
Arsya bingung dengan mereka. Sampai mendadak ia menjadi kesusahan bernafas akibat pelukan mereka terlalu erat.
"Huweee Arsya... Lo ko gitu si," ujar Reisya seraya melepaskan pelukannya.
"Gue hajar juga lo nanti!" seru Dinda ikut menimpali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
SpiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...