10. Kurindu Baginda

302 31 7
                                    

"Jika saat ini diberi pilihan antara kamu atau dia. Maka aku lebih memilih-Nya."

-Danisya Arsya Baihaqie-

️❤️❤️

Arsya POV

Tet.... Tet... Tet... Tet....

Bel pulang sekolah tengah menggema di seluruh penjuru SMA-ku. Kini semua siswa berhamburan menuju tempat parkiran kendaraan masing-masing.

Tepat ketika aku melangkahkan kaki keluar kelas---aku melihat kak Kahfi sudah berdiri di ambang pintu kelasku.

Aku mengernyit heran. "Kak Kahfi nunggu siapa?" tanyaku pada pria es ini.

"Nungguin kamu." jawabnya seraya menyandarkan tubuhnya ke tiang.

Hah? Menungguku?! Yang benar saja. Oh, ayolah aku tidak boleh salah tingkah apalagi sampai percaya diri.

"Nunggu saya? Ada perlu apa kak?" tanyaku padanya.

Terlihat ia menahan senyuman. Entahlah kenapa pria aneh ini.

"E... Saya ke sini ingin memberi tahu kamu kalau eskul pencak silat hari ini diliburkan, karena beberapa senior tengah menghadiri pertemuan di setiap sekolah." tutur kak Kahfi.

"Ooo. Iya kak,"

"Makanya buka grup,"

"Nggak punya paket kak, hehe..." cengirku padanya.

"Iya, saya tahu, makanya saya kasih tahu kamu tadi,"

Hah? Jika dia memang benar mengetahui aku tidak memiliki kuota lantas untuk apa dia menyuruhku untuk membuka grup! Yang benar saja.

"Lah, kok kakak tahu kalau saya nggak punya paket?" tanyaku padanya.

"Ya.. Kan tadi kamu ngasih tahu saya...," ia terkekeh lantas pergi begitu saja.

Apa?!! Itu artinya dia tengah mempermainkanku! SEMBARANGAN....!!

Ia berlenggang pergi begitu saja. Entah sebuah kebiasaan dari seorang senior most wanted atau bagaimana setiap berjalan selalu memasukkan satu atau kedua tangan ke dalam saku celana.

"Wa'alaikumussalam...!" sindirku padanya yang pergi tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu.

Deg!

Kak Kahfi berhenti berjalan, ia membalikkan badannya dan..... Dia tersenyum padaku!

"Iya, maaf.. Assalamu'alaikum dek Arsya." ujarnya padaku seraya tersenyum manis.

Ya Allah... Untung saja dia tidak marah. Aku kira ia akan membalikkan tubuhnya dengan wajah penuh murka. Dan... Yang lebih anehnya dia tersenyum seperti itu dengan sebutan yang tidak pernah aku dengar kecuali detik itu---ia menyebutku dengan sebutan; 'Dek'.

Aku menyengir tak enak hati. Lantas kali ini ia benar-benar pergi dan menghilang dari hadapanku.

Kini aku melanjutkan langkahku menunju halte.

Kurindu Baginda✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang