"Barang siapa yang menghidupkan sunnahku, sungguh ia mencintaiku, dan barang siapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku dalam surga."
(Hr. as-Sajzi, hadits marfu' dari Anas r.a ~ al-Jami'ush Shaghir hal. 161)
💞🍁💞🍁💞🍁
Arsya POV
Darahku terus berdesir. Jantungku memacu lebih cepat. Tangisku terus meledak---Setelah aku membaca kisah khalifah Ummu Imarah. "Wanita Perisai Rasulullah".
Aku malu. Malu. Dan sangat malu dengan diri ini. Aku selalu bermimpi ingin bertemu dengan Nabi Muhammad. Tapi, tapi apa?
Kerap kali aku menangisi diri ini. Aku merasa tidak pantas Ya Allah. Diri ini Hina. Munafik. Aku merasa paling hina ketika diriku selalu bermimpi akan hal itu. Dan aku merasa paling munafik ketika melakukan suatu maksiat yang orang tahu itu kebaikan. Tapi, dengan kemurahan hati Allah. Aibku ditutupi oleh-Nya.
Rasanya tak pantas, jika selalu bermimpi itu. Walau hal itu bukanlah suatu kemustahilan. Namun, aku benar-benar merindukan Nabi. Bermimpi bisa melihat wajah Rasulullah Saw., wajah yang begitu mulia.
Aku tahu. Aku bisa membuktikan rasa cintaku pada Rasulullah Saw., saat aku dapat menghidupkan sunnah Beliau. Tapi, sayangnya aku belum melakukan sunnah Beliau sepenuhnya. Jauh. Sangatlah jauh jika harus memaksimalkannya. Kan sudah aku bilang, aku merasa hina jika harus bermimpi seperti itu. "Rindu dengan Rasulullah", tetapi, belum sepenuhnya mengamalkan segala sunnah Beliau.
Aku pernah berpikir. Apa aku bisa satu surga dengan Nabi Muhammad? lalu, jika jawabannya Iya. Apa aku pantas harus satu surga dengan Rasulullah Saw., dan para sahabat beliau?
Nah, inilah jawaban yang paling susah aku tebak. Antara Ia atau tidaknya.
Semua sahabat Rasulullah Saw., selalu membuktikan kecintaan mereka dengan bukti yang nyata. Tidak seperti aku. Iman dan keteguhan hati mereka tak dapat di tandingi oleh diri yang hina ini. Keimanan mereka sangatlah luar biasa. Bahkan, prinsip mereka adalah, "Mati di jalan Allah, adalah hal yang mereka impikan."
Kenapa? Karena mereka sangat menginginkan untuk bersama Nabi Muhammad Saw., di surga-Nya kelak.
Nyawa sebagai taruhannya saja tak mereka sayangkan, apalagi keluarga dan harta benda dunia.Sedangkan aku?.
Aku yang selalu mengatakan rindu Baginda---belum tentu dapat sehebat mereka.Tetapi, ketika aku teringat suatu hadits. Tiba-tiba aku menjadi bersemangat kembali.
"Barang siapa berpegang teguh kepada sunnahku ketika rusaknya umatku, maka baginya pahala seratus orang mati syahid."
Ya, aku ingat dengan jelas hadits itu. Ketika aku mempelajari buku yang berjudul Enam Sifat Para Sahabat,. Hadits itu diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Abbas r.huma~ at-Targhib wat Targhib I/80.
Hadits tersebut bisa menjadi penguatku untuk terus dan tak henti beristiqomah dalam mengamalkan sunnah Rasulullah Saw., di hari-hariku. Aku sudah beristiqomah di beberapa amalan. Maka dari itu, aku harus meningkatkannya lagi. Dan mengamalkan amalan yang lainnya. Amalan yang sama yang di lakukan oleh para sahabat Baginda.
Ya. Aku tidak boleh lemah. Aku adalah Saudara Nabi. Nabi menganggap setiap umat yang mencintainya adalah Saudara.
Itulah penguatku saat ini. Aku boleh saja merasa hina dan tak pantas. Tetapi, aku tidak boleh berhenti merindukan Nabi Muhammad, dan mengamalkan sunnahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
SpiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...