34. Malam Pencak Silat

165 22 3
                                    

Lampung, 11 April 2020

***

   Pagi yang cerah. Kini, kedua sahabat itu---- Arsya dan Reisya---- baru saja selesai sholat dhuha. Percayalah, ini adalah pertama kalinya Reisya sholat dhuha dengan Arsya, tanpa ajakan dari Arsya.

   Dilanjutkan kedua dengan tilawah bersama. Beberapa kali juga Arsya membenarkan tajwid yang salah dari Reisya. Dan beberapa kali juga Reisya bertanya tentang makna dari beberapa arti ayat yang sudah mereka baca.

   "Seumur hidup aku. Baru kali ini aku tahu definisi menyesal itu apa." ujar Reisya. Kini mereka sedang duduk santai di taman kecil di depan masjid. Jika pagi hari, memang masjid tidak terlalu ramai. Bahkan dapat dikatakan sepi.

   Arsya menoleh ke arah Reisya. "Apa itu?" tanyanya.

    "Iya aku menyesal. Kenapa engga dari dulu aku mengerti dan paham semua ajaran-ajaran agama aku sendiri. Ya, setidaknya, aku paham dengan dasar-dasar untuk meraih ridho Allah itu seperti apa. Dengan begitu tatanan hidupku baik dari dulu." lirih Reisya.

   Ini adalah hari di mana Reisya benar-benar memulai hijrahnya yang sesungguhnya. Hanya karena Allah. Bukan karena siapapun.

   Baru saja membuka mulutnya untuk menjawab ucapan Reisya. Tiba-tiba Arsya menepuk bahu Reisya dengan cukup keras. "Rei.. Rei... Itu ada Dzikri," lirih Arsya ketika melihat Dzikri berjalan ke arah masjid.

   "Sekarang?" tanya Reisya.

   Arsya mengangguk cepat. "Kalau emang sekarang kamu minta maaf, mau kapan lagi? Mau nunggu kalian jadi saling jauh di kelas. Dan seolah musuhan. Terus mau buat Allah murka?? Karena bermusuhan dengan saudara sendiri?" tanya Arsya beruntun.

   "Iya... Iya. Aku langsung samperin. Walau yah, aku belum bisa move on sepenuhnya. Tapi, aku yakin, karena Allah aku pasti bisa. Aamiin, ayo bantu aku,"

   Dzikri yang berjalan ke arah masjid sedikit salah tingkah ketika tahu ada dua cewek yang kemarin sudah berurusan dengannya. Belum lagi, menangis karenanya.

   Baru saja berniat pura-pura tidak lihat. Namun semuanya gagal ketika Reisya dan Arsya menghampirinya.

   Reisya langsung menyampaikan maksud dan tujuannya mendatangi Dzikri. "Maaf ya untuk kemarin dan kemarinnya lagi. Gue udah sadar kok sekarang. Gue sekarang udah bisa move on dari lo secara perlahan."

   "Dan gue mulai kemarin udah berusaha berubah. Merubah diri gue jadi lebih baik lagi. Itu juga lantaran sahabat sholeha gue ini ni,," Reisya menyenggol-nyenggol lengan Arsya yang sedari tadi hanya diam saja.

   Arsya hanya diam dengan wajah datarnya.

   "Gue mau nata hidup gue biar Allah sayang sama gue.  Reisya tersenyum hangat. "Makasih ya, sekali lagi makasih,"

   "Gue juga minta maaf ya Rei. Sebesar-besarnya sama elo.. Gue engga mau dengan kejadian kemarin hubungan pertemanan kita jadi renggang." ujar Dzikri.

    "Alhamdulillah kalau lo udah berubah. Gue doain bisa istiqomah. Aamiin,"

   "Aamiin,"

Kurindu Baginda✔️ [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang