Lampung, 17 Maret 2020
***
"Apakah kunci Surga? Maka jawabannya adalah 'Laa ilaha illallahu... Muhammadan Rasulullah', sungguh inilah dahsyatnya kalimat Tauhid."
-Danisya Arsya Baihaqie-
***
Setiap manusia pasti menginginkan dirinya berguna bagi semua orang. Menjadi pelita di kala gelap melanda. Namun, semua itu tak semudah yang diucapkan. Perlu pengorbanan dan perjuangan yang benar-benar besar.
Tanpa memandang siapa orang itu, Tuhan pasti membantunya dalam melakukan kebaikan. Begitu pula dengan Arsya. Ia sudah berulang kali untuk memberi arahan pada seorang pria yang pernah berbuat jahat padanya.
Namun, Arsya tidak pernah berniat membalas semua perbuatan keji pria itu. Lebih lagi, justru Arsya menginginkan pria yang tidak percaya akan adanya Tuhan itu----- dapat percaya akan adalah Tuhan dan dapat memeluk agama yang sempurna ini.
Sempat ia menyerah dan menertawakan dirinya sendiri. Kenapa ia ingin membuat pria itu memeluk islam? Keinginan yang sulit diwujudkan...
Sudah susah payah ia berusaha---- menjelaskan---- agar dapat membuka arah padang dan mata hati Anton, agar berpikir dan yakin jika Tuhan itu ada... Allah Swt., Tuhan seluruh alam.
Akan tetapi, bukan Arsya namanya jika ia dengan mudah menyerah. Tidak kata menyerah di dalam kamusnya.
"Jangan nyerah kali Sya," ucap polwan cantik----- bernama Risa---yang dipanggil Arsya kakpol.
Arsya hanya tersenyum kecil melihat ke arah polwan cantik itu.
Arsya memang sudah menceritakan semuanya pada kakpol. Wanita itulah satu-satunya yang tahu tentang niat Arsya.
Arsya belum siap untuk menceritakan semua niatnya pada siapapun kecuali pada Risa. Itu juga, karena polwan cantik itu yang memaksa.
Hari kemarin bukanlah akhir dari perjuangan Arsya... Sobat! Kini, ia kembali lagi ke Rutan dengan semangat empat lima.
"Sya, semangat ya... Pasti bisa... Toh kalau engga bisa, setidaknya kamu sudah berusaha," ujar Risa memberi Arsya semangat.
Arsya senyum dan mengangguk penuh keyakinan.
Kini Arsya sudah sampai di depan jeruji besi---- yang mengurung Anton.
"Assalamu'alaikum," Salam Arsya pada Anton.
Sebenarnya Arsya salam karena sudah terbiasa jika harus bertemu seseorang dengan mengucapkan salam. Sehingga ia reflek mengucapkan salam pada Anton.
Anton yang melihat Arsya sudah datang, ia langsung berdiri dari duduknya dan mendekati sel.
"Rupanya kamu datang lagi," ucap Anton.
Arsya tersenyum. "Om Anton," lirih Arsya memanggil Anton dengan tulus.
"Seandainya anda tahu, jika dalam hidup saya tidak ada kata menyerah... Apalagi menyerah sebelum berperang," jeda Arsya mengambil nafas, "sama akan halnya, dengan saya yang berusaha meyakinkan anda untuk bisa mempercayai jika Tuhan itu ada." ujar Arsya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurindu Baginda✔️ [END]
EspiritualKisah ini sangat mengajarkan saya arti dari istiqomah yang sesungguhnya. Berubah karena Allah, mencintai karena Allah, melupakan karena Allah, persahabatan karena Allah, juga meyakinkan saya bahwa takdir tidak akan berpindah haluan. Apapun yang dini...