Bagian Tigapuluh Tiga

4.7K 199 35
                                    

SELAMAT MEMBACA KEMBALI CERITA MY SWEET TROUBLEMAKER

💕 💕 💕 💕

Vanilla menghembuskan nafas kasar, lalu mengacak rambutnya dengan kesal. Saat ini gadis itu sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya yang sudah tertutup rapat. Dan yang paling menyebalkan lagi, bisa bisanya dia lupa kalau ini adalah hari senin yang pastinya akan sulit untuk menyusup masuk ke dalam.

"Yaallah sial banget hari ini. Vanilla punya salah apasih" Ucap Vanilla memanyunkan bibirnya, yang membuat dia tampak menggemaskan.

Vanilla yang sedang menatap gerbang seketika membulatkan mata saat Bu Rani, guru yang terkenal galak itu memandang ke arah gerbang. Buru buru Vanilla berjongkok agar tidak terlihat, dan menutupi wajahnya dengan rambutnya yang di urai.

"Tuhan selamatkan Vanilla. Vanilla masih pengen hidup tenang" Gumam Vanilla dengan jari yang saling bertautan.

"Ngapain disitu?"

Deg. Jantung Vanilla seketika berdebar sangat kencang, gadis itu tidak berani berdiri atau sekedar mendongakkan kepala. Dia sibuk berkomat kamit meminta perlindungan semoga keberuntungan berpikak kepadanya.

"Ayo berdiri!" Tangannya terulur di depan wajah Vanilla, membuat gadis itu pelan pelan mendongakkan wajahnya.

Tanpa disadari, gadis itu menahan nafasnya saat menatap wajah orang yang mengulurkan tangan kepadanya. "Revan?" Ujar Vanilla pelan, namun masih tetap pada posisi berjongkok.

Revan mengangkat sebelah alisnya, lalu menggelengkan kepala melihat tingkah Vanilla yang saat ini sangat menggemaskan di matanya.

"Bangun, ngapain jongkok disitu?" Revan kembali mengulurkan tangan, yang kali ini disambut oleh Vanilla dengan gerkan sangat slow motion.

Vanilla mengedipkan mata berkali kali, berharap saat ini dia tidak sedang berhalu. Gadis itu benar benar masih syok melihat kedatangan Revan yang tiba tiba, bukan syok saja kini jantungnya malah berdebar sangat kencang, membuat Vanilla takut Revan akan mendengarnya.

"Mau coba coba jadi bad girl, hmm?" Tanya Revan setelah menelisik penampilan Vanilla yang sangat tidak rapih. Rambut acak acakan, dan dasi yang di pakai pun tidak terpasang dengan benar. Namun harus Revan akui, biar berpenampilan tidak rapih pun Vanilla tetap terlihat menawan, dan tidak menghilangkan kesan manisnya sedikitpun.

"Nggak. Tadi itu aku kesiangan, jadi nggak sempat buat rapihin baju" Vanilla berucap setelah suaranya sudah bisa terkumpul kembali.

"Sini deketan!" Ucap Revan memberi kode pada Vanilla untuk berdiri agak maju.

"Ngapain?" Tanya Vanilla gugup. Bisa bisanya Revan menyuruh dia mendekat, yang ada jantung dia bisa lepas dari tempatnya.

Revan yang malas menjawab, segera menarik pelan pergelangan tangan Vanilla sehingga tubuh gadis itu tertarik mendekat pada Revan."Diam, jangan bicara" Kata Revan membuat Vanilla yang hendak membuka mulutnya untuk mengeluarkan suara, kembali bungkam dan menurut.

Vanilla tertegun dengan apa yang dilakukan Revan saat ini. Cowok itu membantu merapihkan dasi Vanilla, dan menyisir rambut Vanilla menggunakan jari tangannya. Lalu, mengambil ikat rambut milik Vanilla yang ada di pergelangan tangan, mengikat rambut Vanilla menjadi satu membentuk kuncir kuda.

"Nah selesai. Kalau kaya gini jadi manis" Revan berucap setelah menyelesaikan kegiatannya, seraya tersenyum dan mengusap puncak kepala Vanilla. Membuat gadis itu tertegun untuk kesekian kalinya, dengan perubahan sikap Revan yang sangat berbeda dari biasanya.

"Kedip, nanti khilaf" Revan menyentil jidak Vanilla, membuat kesadaran gadis itu kembali semula.

"Aduh" Rintih Vanilla, mengusap jidatnya yang terkena sentilan Revan. "Jahat banget sih" Tambahnya sambil mencebikkan bibirnya.

My Sweet Troublemaker [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang