SELAMAT MEMBACA KEMBALI CERITA MY SWEET TROUBLEMAKER
. . . . . .
Vanilla kini sudah berada diboncengan motor sport Revan. Tidak seperti biasanya, kini selama perjalanan berlangsung Vanilla sama sekali tidak berpegangan pada Revan. Revan sendiri juga tidak menyuruhnya seperti biasa, jadi Vanilla memilih untuk berpegangan pada tas yang tergendong di tubuh Revan. Vanilla sendiri belum tahu kemana Revan akan membawanya pergi, dia tidak mau untuk bertanya terlebih dahulu, cewek itu merasa masih ada atmosfer canggung yang membatasi ruang keduanya. Mungkin saja itu dikarenakan Vanilla masih belum terbiasa dengan kehadiran Revan, dan sikap Revan yang berubah dengan cepat.
"Lo laper?" tanya Revan memecah keheningan diantara keduanya.
"Hah?" Vanilla memajukan tubuhnya mendekat pada Revan, karena dia tidak bisa menangkap jelas apa yang Revan ucapkan. Mungkin karena saat ini suasana jalan sedang begitu ramai.
Revan membuka kaca helemnya, dan melirik Vanilla lewat kaca spion. "Lo laper?" ulang Revan, sedikit menaikkan volume suaranya.
"Ooh, Enggak" Jawab Vanilla, seraya menggelengkan kepalanya.
"Terus kenapa dari tadi diem aja?" tanya Revan lagi. Vanilla merasa hari ini Revan sangatlah cerewet, dia tidak pernah berhenti menanyainya ini dan itu.
"Terus aku harus apa? salto? yang bener aja" celetuk Vanilla dengan nada geli, membuat Revan tersenyum kecil dibalik helmnya.
"Ya gak juga. Biasanya lo tuh kaya bayi belum dikasih susu, berisik" ujar Revan, membuat Vanilla merengut sebal dan mencubit pinggang cowok itu.
"Anjir, lo hobi banget kdrt sama gue!" seru Revan berjengit kaget, karena cubitan Vanilla yang tiba tiba.
"Lagian kamu nyebelin!" ketus Vanilla, seraya menarik mundur tubuhnya kembali karena terlalu dekat dengan Revan.
"Siniin tangan lo!" pinta Revan, membuat Vanilla mengerutkan dahi bingung.
"Buat apa?"
"Udah siniin!" pinta Revan sedikit memaksa.
Vanilla berdecak sebal, sambil menglurukan tangannya pada Revan. Dia kira sikap Revan yang pemaksa sudah hilang, ternyata masih saja muncul bahkan mungkin saja sikap itu sudah melekat pada cowok itu.
Revan meraih sebelah tangan Vanilla, kemudian dia lingkarkan pada pinggangnya dan lanjut mengambil tangan Vanilla yang satu lagi. Perlakuan itu membuat Vanilla terkesima, dan secara tidak langsung membuat tubuh Vanilla mendekat dan kini mereka terlihat seperti berpelukan dari belakang.
"Eh?" Beo Vanilla seraya menarik lepas pelukannya, namun segera dicegah oleh Revan.
"Udah diem!" Ujar Revan dengan penuh penekanan, membuat Vanilla diam menurut seperti yang Revan ucapkan. Dia sedang tidak ingin berdebat, apalagi ini diperjalanan nanti bisa terjadi hal yang tidak diinginkan.
Setelah satu jam menempuh perjalanan, kini mereka sudah sampai. Ternyata Revan membawanya ke Dufan, tempat yang penuh dengan beragam wahana dan permainan terkenal di Jakarta.
"Ayo!" ajak Revan menggandeng tangan Vanilla, setelah ia turun dari atas motor sportnya.
"Kamu serius ngajak aku kesini?" tanya Vanilla.
Revan berdecak sebal, lalu menghela nafas sejenak. "Iya"
"Kita masih pakai seragam loh Rev" ujar Vanilla, mengingatkan Revan.
Revan menelisik penampilannya, lalu beralih menatap Vanilla "Oh iya gue lupa!" kata Revan, menepuk pelan keningnya.
"Yaudah kita beli baju disekitar sini aja, terus nanti kita ganti di toilet" lanjutnya, lalu menggandeng tangan Vanilla dan mengajaknya ke salah satu toko baju disekitar Dufan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Troublemaker [TELAH TERBIT]
Novela Juvenil[PART MASIH LENGKAP] Nathanael David Revano. Cowok ganteng, dingin, irit bicara, dan juga seorang troublemaker paling terkenal seantero sekolah. Siapa sangka? kini, hati beku sang manusia es telah berhasil diluluhkan oleh gadis cantik, manis, dan ju...