Bagian Tigapuluh

4.8K 175 29
                                    

SELAMAT MEMBACA KEMBALI CERITA MY SWEET TROUBLEMAKER

.  .  .  .  .  .  .  .  .  .

Selama pelajaran berlangsung Vanilla benar benar tidak fokus mendengarkan apa yang guru jelaskan. Pikirannya sibuk dengan sebuah fakta yang baru saja Raffa beritahukan padanya.

"Van" Panggil Abel pelan agar tidak didengar oleh Bu Rani.

Abel menggerutu pelan saat Vanilla tidak juga meresponnya. "Van!" Ucap Abel lagi sambil mengguncang pelan lengan Vanilla.

"Hah? Iya kenapa?" Tanya Vanilla terkejut.

"Ckk, lo ngelamun? mikirin apa lagi Van?" Tanya Abel kesal. Dia paling tidak suka melihat Vanilla melamun, apa lagi jika melamunkan hal yang tidak penting.

"Nggak ada Bel. Gue dari tadi lagi fokus dengerin Bu Rani makanya nggak denger lo manggil" Elak Vanilla.

"Lo pikir gue bego? gue juga liat tatapan lo tadi itu kosong. Nggak natap Bu Rani sama sekali!" Ketus Abel.

"Udah ah Bel dengerin Bu Rani lagi aja, lo mau kita berdua dimarahin?"

"Pokoknya lo hutang penjelasan sama gue!" Ucap Abel kemudian kembali mendengarkan Bu Rani.

Vanilla menghela nafas lega, setidaknya kali ini Abel tidak mengkorek info lebih dalam. Vanilla belum siap menceritakan pada Abel, sudah dipastikan jika Vanilla memberi tahu Abel perempuan itu pasti akan langsung ngamuk dan tidak segan segan melabrak Revan langsung.


👹  👹  👹  👹

"Gue mau bicara sama lo!" Ucap Raffa berdiri disamping bangku Revan. Revan yang sedang memainkan ponsel hanya melirik Raffa sekilas, dan kembali fokus pada ponselnya.

"Revan!" Seru Raffa merampas ponsel yang tengah Revan mainkan.

Revan menghembuskan nafas kasar, kemudian menatap Raffa kesal. "Apa?"

"Gue mau bicara sama lo!" Ucap Raffa berusaha tidak terpancing emosi. Berbicara pada Revan ini harus membutuhkan banyak kesabaran.

"Dari tadi juga lo udah bicara" Ujar Revan datar. "Sini hp gue!" Lanjut Revan.

"Gue bakal kembaliin hp lo tapi nggak sekarang! Gue perlu ngobrol berdua sama lo" Kata Raffa.

"Ckk, gak bisa gue sibuk"  Balas Revan datar sambil menatap malas Raffa.

"Sibuk apaan? gue liat dari tadi lo cuma ngeschroll timeline doang" Raffa memang sejak tadi sudah memperhatikan Revan, makanya dia bisa tahu.

"Lo mau bicara apa? cepetan, waktu gue nggak banyak kalau itu nggak penting gue males" Ucap Revan yang memang malas untuk berdebat. Dia itu tipikal cowok yang irit bicara, bukan hanya irit bicara dia juga irit berekspresi. Diwajahnya hanya ada  ekspresi datar, mungkin jika tersenyumpun bisa dihitung pake jari.

"Gue mau bicara masalah Vanilla" Ucap Raffa.

Revan menghela nafas kasar, kemudian dia menyisir rambut menggunakan jemari tangannya. "Kenapa lagi? belum puas lo tadi deketin dia?!"

"Gue deketin dia karena dia lagi sedih, harusnya lo yang sebagai pacar tugasnya hibur dia. Tapi lo malah asik sama Audrey, kalau Vanilla nggak murung kaya tadi juga gue nggak akan deketin dia" Sahut Raffa.

My Sweet Troublemaker [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang