Bagian Tigapuluh Tujuh

4.4K 178 5
                                    

SELAMAT MEMBACA KEMBALI CERITA MY SWEET TROUBLEMAKER

Sebelum baca jangan lupa tinggalkan vote, dan komen pada cerita ini. Terimakasih:)

🍬   🍬   🍬    🍬

Vanilla kini tengah berdiri di depan kelas Revan. Sudah sejak bel pulang berbunyi, sekitar lima menit yang lalu tepatnya. Tapi batang hidung Revan tak kunjung terlihat. Jika bukan permintaannya Revan yang tadi pagi menyuruhnya untuk pulang bersama. Mana mau Vanilla tahan berdiri sekian lamanya disini.

Baru saja Vanilla hendak melongokkan kepalanya melihat kedalam kelas, Revan dan teman satu gengnya sudah berdiri tegak di depannya.

"Idih si bos udah diapelin aja nih" goda Raka, seraya bersiul.

"Mentang-mentang udah balikan, jadi makin nempel aja dah si bos" tambah Adit, ikut menggoda Revan, dan Vanilla.

"Baikan Dit, bukan balikan" tukas Raka.

"Ooh baikan, gue kira kemaren putus" Revan seketika melirik tajam kepada Adit, membuat nyali Adit menciut seketika.

"Brisik!" ketus Revan.

"Hahahah, ampun bos" ucap Raka, disela sela tawanya.

"Udah bro jangan godain Revan, nanti dia tambah salting. Tuh liat, pipinya aja udah merah" ujar Raffa, antara melerai dan mengejek itu beda tipis.

Adit kembali tertawa seraya berkata, "Hahaha, yaudah deh bos kita pergi duluan ya"

Revan hanya memberi anggukkan singkat, sebagai tanda persetujuan.

"Van gue sama yang lain duluan ya" ucap Raffa kepada Vanilla, seraya tersenyum manis.

"Ah iya, hati-hati" balas Vanilla dan tersenyum lebar, lalu melambaikan tangannya pada Raffa, dan teman Revan lainnya.

"Mukanya biasa aja!" cibir Revan, seraya berjalan mendahului.

Vanilla berjalan mengimbangi Revan, dan bertanya "Kenapa sih? emang muka aku tadi kenapa?"

"Gak"

"Dih, aneh" gerutu Vanilla, seraya menatap kesal Revan.

Setelah sampai didekat motor sportnya, Revan segera memberikan helm kepada Vanilla tanpa mengucapkan kata apapun. Bahkan sepanjang koridor tadi, tidak ada pembicaraan diantara keduanya.

Vanilla mencegat pergelangan tangan Revan, ketika cowok itu hendak menaiki motornya. "Bentar, muka aku tadi kenapa? jelek ya?"

Revan diam dan menatap lembut Vanilla tepat dimanik matanya. Lalu berkata, "Cantik"

"Lebih cantik lagi kalo lo nggak usah senyum ke Raffa" tambahnya dengan nada sensi.

Vanilla yang mendengar itu tersenyum geli, dia heran entah kenapa jika hal apapun yang menyangkut tentang dia dan Raffa, maka Revan akan langsung terlihat kesal dan sangat tidak suka.

"Kamu cemburu ya?" tuding Vanilla seraya tersenyum meledek.

"Biasa aja" ujar Revan.

Vanilla memicingkan matanya, "Yakinn nih?"

"Hmm" gumam Revan.

"Terus kenapa pas tadi dilapangan liatin akunya galak banget?" tanya Vanilla mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, saat Raffa membantunya membawakan buku.

"Gue ngga suka lo deket-deket sama Raffa" jelas Revan dengan nada kesal.

Vanilla mengerutkan keningnya, lalu bertanya, "Tapi kenapa? Raffa kan baik?"

My Sweet Troublemaker [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang