Oke, nama anak berjas hujan kuning itu adalah Kentaro. Aku tahu karena dia menunjukkan buku gambarnya yang bertuliskan nama dia di bagian dalamnya.
Dia laki-laki, dan umurnya sekitar empat atau lima tahunan. Kukira dia tidak bisa berbicara. Tapi ternyata dia bisa berbicara. Meski dia hanya mau berbicara dengan berbisik-bisik saja di telingaku, saat sedang ada banyak orang di sekitarku.
"Lapor polisi saja Pak Elwise. Biar orang tuanya cepat menemukannya."
Aku lihat ekspresi Ken yang seperti gak suka saat salah satu staff itu memberiku sebuah masukkan.
Anak itu memandangku dengan wajah memelas. Mungkin dia ingin ikut bersamaku lagi menikmati McFlurry choco. Tapi umurku masih 15 tahun. Dan aku tidak boleh membawanya begitu saja. Apalagi aku tidak tahu asal-usulnya.
Saat kuperiksa tas ranselnya, Ken tidak membawa apa-apa selain buku gambar, botol minum, dompet bergambar tokoh animasi yugi-oh, dan uang dua ratus ribu.
"Ken mau ikut denganku?"
Ia langsung melompat dari kursi lobby dan kelihatan senang sekali.
Aku jadi ingat, ketika papah mengajakku ke pasar malam saat melihat aku yang habis menangis karena dijahili teman-teman bermainku.
Betapa aku bahagia dan antusias sekali mendengar ajakkan papah itu. Karena mengunjungi pasar malam, aku bisa naik komedi putar, membeli gulali kapas, dan juga sepatu baru.
"Aku ingin mengajaknya ke atas, apa kalian bisa menyediakan susu hangat dan sup untuknya?"
"Bisa, Pak Elwise. Nanti akan kami antarkan." Jawab salah staff hotel itu dengan ramah sekali.
Aku membawa Kem ke kamar. Saat kugenggam tangan mungilnya, kurasakan jemarinya sangat dingin sekali. Aku membayangkan, semalaman ia tidur di luar dengan gerimis yamg terus turun mengguyur sementara aku bisa tidur nyenyak di kamarku yang hangat dan nyaman.
"Namaku Kentaro." Ia mengulanginya lagi, saat kami berdua berada di dalam lift.
"Ken ingat rumah gak?"
"Naik kereta jauh. Ken ditinggal sama mamah di stasiun. Jahat."
Aku menghela. Ucapan anak kecil itu kadang susah dimengerti. Mereka bisa saja mengatakan sebuah kebenaran. Namun, mereka bisa juga mengatakan sesuatu yang sifatnya imajinasi.
"Ken dari Jakarta?"
Ia menggeleng lalu menguap. Wajahnya kelihatan lelah sekali. Mungkin karena semalaman ia tidak tidur dan terus menungguku di luar.
Ttiitt..!
"Nah Ken, ini kamarku."
Ia langsung berlari masuk dan mengambil boneka beruang yang ada di kasurku. Dia memeluknya erat sekali. Sepertinya dia sangat suka dengan boneka kesayanganku itu.
"Ken..."
Ken menoleh padaku. Ia menghampiriku lalu melepas sepatunya. "Maaf." Suara itu terdengar polos dan dalam sekali.
"Tidak apa-apa." Aku usap kepalanya.
Aku buka lemari pakaianku. Barangkali saja ada bajuku yang muat untuk dipakainya. Syukurlah aku menemukan dua kaos yang sebetulnya masih muat kukenakan.
"Ken, kamu mandi dulu terus ganti baju ya.."
Ken mengangguk. Dia melepaskan kemeja biru tuanya yang sudah kelihatan agak dekil. Tapi lucunya, dia tidak mau melepaskan boneka beruangnya.
"Bonekanya ditaro dulu ya, Ken.."
"Untukku?"
"Iya."
![](https://img.wattpad.com/cover/191259991-288-k934189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ME
Teen FictionIni adalah ceritaku. Aku yang harus berjuang seorang diri, di dunia yang kata kebanyakkan orang penuh dengan drama, ambisius, pencapaian, pengorbanan, dan air mata. Aku tidak peduli dengan mereka atau siapapun. Karena aku sudah cukup senang dengan d...