26

2.1K 250 9
                                    

Dia mendudukkanku di atas closet. Sekarang, aku dan dia sama-sama telanjang bulat. Bayang-bayang akan Dandi yang terluka parah terus memenuhi isi kepalaku.

"Sudah ya Dam, kamu gak usah takut lagi. Mulai saat ini, aku yang akan terus menjagamu.."

Aku mengerjap. Bodohnya aku karena aku cuma bisa diam seperti patung, saat dia --- melakukan hal sekejam itu pada Dandi.

Dia menempelkan bibirnya lagi pada bibirku. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan setelah ini. Tapi aku harus bisa memainkan peranku disini. Aku harus bisa keluar dari rumah ini setidaknya.

Lidahnya bergerak liar menjilati setiap inci tubuhku. Aku yang tadinya sama sekali tidak terangsang, kini malah sebaliknya.

Penisku mulai bereaksi. Padahal dalam hati aku begitu takut dengannya. Aku takut, kalau dia akan menghabisiku dengan tiba-tiba.

"Sayang, sekarang kamu isep ya ---"

Aku layaknya seperti patung. Kuturuti semua kemauan konyolnya itu. Kubuka mulutku dan kubiarkan alat kelaminnya itu menyodok-nyodok pelan kerongkonganku.

Rasanya aneh sekali. Membuat aku merinding. Sekali lagi, aku tidak boleh sampai menolaknya kalau aku ingin keluar dari rumah ini dengan selamat.

Dia mempercepat gerakkannya. Lalu dia mencabut penisnya dan mengocoknya persis di depan wajahku.

Mataku refleks memejam saat cairan panas berwarna putih kental itu keluar bertubi-tubi dari ujung lubang penisnya.

Ada bau khas yang sangat menyengat sekali, menusuk lubang hidungku.

Dengan mata masih terpejam, aku bisa merasakan kalau dia masih bermain-main dengan penisnya. Dia memasukkan kembali penisnya ke dalam mulutku.

Perutku mual sekali rasanya. Tapi aku tidak boleh muntah. Dia begitu sayang dan perhatian padaku. Jadi sekali lagi, aku harus memainkan peranku sebaik mungkin.

Dengan telunjuknya, dia membawa lelehan sperma di wajahku ke dalam mulutku. Aku berusaha menampik perasaan jijik itu. Aku tenangkan pikiranku, dan membayangkan segala sesuatu yang menyenangkan.

Kubuka kedua mataku. Kuraih batang penisnya yang masih mengacung ke atas dengan sangat kokohnya itu. Kumainkan perlahan, lalu kujilati sambil kutatap matanya yang indah itu.

Dia mengeluh. Merancau. Menjambak pelan rambutku. Sepertinya dia mulai terbuai dengan permainanku.

Kumasukkan kembali penisnya ke dalam mulutku. Dia mengelijang hebat. Tubuhnya yang sempurna tampak basah berkilauan oleh peluhnya.

Kumainkan kedua putingnya yang kemerahan itu dengan jemari tanganku. Dia makin masuk dalam permainanku. Kini akulah yang menguasai keadaan.

Kutusuk ujung lubang penisnya dengan lidahku. Dia menjerit seperti orang gila. Dan detik berikutnya, dia memasukkan seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya. Dia kembali mencapai puncaknya.

Kurasakan sperma hangatnya mengalir masuk ke dalam kerongkonganku.

Kini dia tampak kelelahan. Namun dia tidak berhenti untuk memanjakanku.

Dia membasahi seluruh tubuhku dengan shower. Lalu dia menyabuni tiap inci tubuhku tanpa ada yang terlewat. Saat membilas, berkali-kali dia melumat bibirku dengan intens sekali.

"Apa kamu juga mencintaiku, Adam?"

Ku tatap wajahnya yang tampan dan bergairah itu. Lalu kucium bibirnya lembut.

"Aku takut dengan Kak Prabu. Bagaimana kalau dia melakukan sesuatu padaku?"

"Kamu tidak usah cemas. Kalau dia sampai berani macam-macam, akan kupenggal lehernya dan kujadikan kepalanya santapan buaya di pedalaman sana!"

METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang